Tahap awal proyek MRT lintas Timur-Barat atau East-West Line dimulai pada 2026.(Dok. Antara)
PT MRT Jakarta (Perseroda) menargetkan pembangunan tahap awal proyek MRT lintas Timur-Barat atau East-West Line dimulai pada 2026. Pada tahap awal, akan dibangun rute sepanjang 24,5 kilometer dari Tomang hingga Medan Satria, serta jalur menuju Depo Rorotan sepanjang 5,9 kilometer.
“PT MRT Jakarta menargetkan pembangunannya dimulai pada 2026 mendatang,” tulis MRT dalam keterangan resminya yang dikutip Rabu (5/11).
Pembangunan koridor sepanjang 84 kilometer ini diharapkan dapat meningkatkan mobilitas perkotaan sekaligus mendukung target net zero emission Indonesia pada 2060.
Sebagai pengembang yang jadi titik awal pembangunan MRT fase Timur-Barat, Damai Putra Group resmi menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan PT MRT Jakarta (Perseroda) untuk menjajaki pengembangan Transit Oriented Development (TOD) di kawasan Medan Satria, Bekasi.
Kerja sama ini menjadi langkah strategis dalam mendukung pembangunan proyek MRT Lintas Timur-Barat (East-West Line) yang akan menghubungkan Cikarang hingga Balaraja.
Chief Operating Officer Damai Putra Group, Barawidjaja, mengatakan bahwa pihaknya telah menyiapkan lahan sekitar 50 hektare, termasuk 4 hektare di antaranya untuk fasilitas pengolahan sampah terpadu (ITF).
“Yang dikerjasamakan ini untuk mendukung MRT Jakarta. Kita menyediakan lahan untuk ITF maupun kawasan TOD. ITF-nya 4 hektare, totalnya 50 hektare,” ujarnya.
Menurut Barawidjaja, lahan tersebut akan dikembangkan secara multifungsi sesuai kebutuhan kawasan dan dukungan terhadap sistem transportasi massal. “Peruntukannya banyak, bisa untuk mendukung fasilitas komersial, ruang publik, hingga bangunan vertikal,” katanya.
Ia menegaskan bahwa kerja sama ini bukan hanya soal integrasi infrastruktur, tetapi juga bagian dari visi untuk membentuk pusat pertumbuhan baru di kawasan timur Jakarta. Harapannya bukan hanya menjadi titik transit, tapi pusat pertumbuhan baru dengan konsep city hub.
Dorong Mobilitas dan Nilai Investasi Kawasan
Barawidjaja menyebutkan, keberadaan MRT dan pengembangan TOD akan menjadi game changer bagi aksesibilitas dan pertumbuhan ekonomi di Kota Harapan Indah. Saat ini, kawasan tersebut dihuni sekitar 60 ribu kepala keluarga, mayoritas masih mengandalkan kendaraan pribadi.
“Dengan MRT, harapannya mobilitas jadi lebih cepat, efisien, dan manusiawi,” jelasnya.
Selain MRT, kawasan Harapan Indah juga sudah terhubung dengan TransJakarta dan berdekatan dengan stasiun KRL Kranji, menjadikannya simpul transportasi strategis di Bekasi Barat.
Menurut Barawidjaja, pengembangan TOD akan membuka peluang baru bagi investor dan masyarakat.
“TOD ini akan menghadirkan fasilitas retail, F&B, ruang publik, jalur pedestrian yang lebih nyaman, serta area aktivitas baru yang lebih hidup. Semua ini memperkuat posisi Harapan Indah sebagai kawasan urban modern dan bernilai investasi tinggi,” ujarnya.
Ia menambahkan, integrasi TOD akan berdampak langsung terhadap kenaikan nilai properti, potensi ekonomi lokal, dan kualitas hidup masyarakat. “Kolaborasi ini menandai fase baru bagi Harapan Indah, dari kawasan hunian menjadi pusat pertumbuhan urban berkelanjutan,” tutup Barawidjaja. (Z-10)


















































