Guru Besar UPI Prof. Dr. Heni Mulyani Soroti Kemanusiaan dalam Era Kecerdasan Buatan di Pendidikan Akuntansi

2 hours ago 1
Guru Besar UPI Prof. Dr. Heni Mulyani Soroti Kemanusiaan dalam Era Kecerdasan Buatan di Pendidikan Akuntansi Ilustrasi(Dok UPI)

DI tengah pesatnya perkembangan teknologi dan kecerdasan buatan (AI), pendidikan akuntansi tidak boleh kehilangan esensinya sebagai sarana pembentukan manusia yang beretika, kritis dan berempati. 

Demikian disampaikan oleh Prof. Dr. Heni Mulyani, Guru Besar dalam bidang Pedagogik Akuntansi Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis (FPEB) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dalam Orasi Ilmiah Pengukuhan Guru Besar Tahun 2025, Rabu (5/11) lalu.

Dalam orasinya yang berjudul “Transformasi Pedagogi Akuntansi Di Era Artificial Intelligence: Menjaga Relevansi Ilmu dan Nilai”,  Heni menekankan bahwa visi masa depan pedagogik akuntansi tidak hanya berfokus pada penguasaan teknologi digital, tetapi juga pada pembentukan manusia pembelajar yang berpikir kritis, beretika, dan berempati di tengah dominasi algoritma dan otomatisasi.

“Tugas utama pendidikan bukan sekadar mempersiapkan mahasiswa untuk menguasai AI, tetapi untuk memanusiakan penggunaannya menjadikan teknologi sebagai katalis pembelajaran yang reflektif, kolaboratif, dan bermakna,” ungkapnya.

Menurut Heni, AI harus dipandang bukan sebagai pengganti pendidik atau pengambil keputusan profesional, melainkan mitra reflektif yang dapat memperluas kemampuan berpikir kritis, analisis etis.dan kolaborasi manusia.

“Teknologi dapat menghitung dengan cepat, tetapi hanya manusia yang mampu menimbang dengan hati,” paparnya.

Heni menekankan, pendidikan akuntansi berorientasi nilai perlu membekali mahasiswa agar mampu berinteraksi dengan teknologi secara bijak menggunakan AI untuk memperkuat moral intelligence, bukan menggantikannya. Dalam pandangannya, masa depan pedagogik akuntansi harus bergerak menuju koevolusi antara kecerdasan buatan dan kecerdasan moral, di mana dosen dan mahasiswa belajar bersama, tidak hanya from AI, tetapi juga through AI untuk memahami nilai kemanusiaan yang lebih mendalam.

"Paradigma baru ini, membutuhkan ekosistem pembelajaran reflektif yang melibatkan seluruh komponen pendidikan mulai dari kurikulum, pedagogi, pendidik, hingga jejaring sinergi antar aktor pendidikan, industri dan profesi," ungkapnya.

Kurikulum yang terintegrasi dengan teknologi AI, lanjut  Heni tetap harus dikawal oleh nilai etika dan kemanusiaan. Sementara itu, pedagogi perlu dikembangkan menjadi praktik pembelajaran yang mendorong mahasiswa untuk bereksperimen, berkolaborasi dan merenung, sedangkan pendidik dituntut berperan sebagai mentor nilai dan kurator kebijaksanaan. Pendidikan akuntansi di masa depan harus menjadi laboratorium kemanusiaan di tengah kecerdasan buatan.

"Dalam visi tersebut, mahasiswa akuntansi diharapkan tidak hanya belajar menghitung nilai ekonomi, tetapi juga menimbang nilai moral di balik setiap keputusan. Mereka diajak memahami bahwa laporan keuangan bukan sekadar rangkaian angka, melainkan refleksi dari prinsip keadilan, tanggung jawab dan integritas," tandasnya.

Heni mengatakan lulusan pendidikan akuntansi masa depan tidak hanya disiapkan menjadi akuntan, auditor, konsultan, analis keuangan, atau pendidik, melainkan juga pemimpin dan wirausahawan sosial yang berpikir dengan nurani, bertindak dengan etika, serta memimpin dengan tanggung jawab.

“Dalam dunia yang serba otomatis, kemanusiaan justru menjadi keunggulan utama karena hanya manusia yang dapat mengajarkan cinta, tanggung jawab, dan kebijaksanaan,” sambungnya. (H-2)
 

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |