
SEORANG pasien Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Marsidi Judono Kabupaten Belitung Provinsi Bangka Belitung (Babel) dikabarkan meninggal dunia diduga salah transfusi Golongan darah. Menanggapi hal tersebut pihak RSUD Marsidi Judono Belitung pun bukan suara.
Direktur RSUD Marsidi Judono mengatakan Ratih Lestari Utami mengatakan, pasien datang ke rumah sakit (10/2) sekitar pukul 18.15 WIB keluhan demam sejak satu minggu disertai lemas dan mual.
"Pasien sebelumnya memiliki riwayat pemasangan Water Sealed Drainage (WSD) di rumah sakit lain untuk mengeluarkan cairan di pelapis paru-paru pada 2 Februari 2025," kata Ratih. Saat konferensi pers dengan awak media, Minggu, (16/3).
Pasien menurutnya kemudian dibawa ke instalasi gawat darurat (IGD), setelah diperiksa ternyata ditemukan rembesan cairan pada lokasi pemasangan WSD tersebut. "Ada tanda kuning serta bercak pendarahan tipis di bawah kulit dan beberapa bagian tubuh," ujarnya.
Diutarakannya hasil pemeriksaan radiologi atau rontgen dada, ada penumpukan cairan di paru-paru sebelah kanan disertai pembesaran jantung. Kemudian hasil pemeriksaan laboratorium sel darah putih yang tinggi, hemoglobin yang rendah, hepatitis B reaktif dan perubahan fungsi ginjal.
"Pasien kami pindahkan ke ruang rawat (11/2) jam 11 siang, dan nantinya akan dilakukan transfusi darah 1 lalu/24 jam,"ungkapnya.
Sebelum transfusi darah dilakukan. Sudah dilakukan pengambilan sampel darah sesuai prosedur.
"Hasilnya golongan darah B Rh Post dan cocok dengan darah pendonor, maka darah diberikan oleh PMI dibawa langsung ke petugas rumah sakit,"imbuhnya.
Sebelum pemberian transfusi darah lanjutnya dilakukan pengecekan kembali kantong darah dengan identitas gelang pasien, nama dan rekam medis.
"Darah ditransfusikan kepada pasien (11/2) pukul 15.30 WIB. Dan tak ada kelainan selama transfusi dilakukan," terangnya.
"Selama transfusi berlangsung dan setelah transfusi berlangsung tidak ada reaksi transfusi yang terjadi," katanya.
Selang sehari usai transfusi darah dilakukan pemeriksaan, hasilnya sel darah putih masih meningkat, hemoglobin masih rendah dan trombosit masih rendah.
"Hasil tersebut dilaporkan ke dokter yang merawat dan direncanakan melanjutkan transfusi kedua," tuturnya.
Prosedur transfusi seperti transfusi pertama dilakukan lagi kepada pasien pada 12 Februari 2025 pukul 10.30 WIB.
"Selama transfusi berlangsung dan setelah transfusi berlangsung tidak ada reaksi transfusi yang terjadi," ujarnya.
Transfusi ketiga terpaksa ditunda setelah dicek ternyata golongan darah pasien A rhesus positif, beda dengan pemeriksaan pertama B Rh Post.
"Sampel kedua ternyata hasilnya golongan darah pasien A, begitu pula pengujian sampel ketiga kalinya tetap A," katanya.
Hasil penelusuran yang dilakukan oleh dokter spesialis patologi klinik bersama DPJP atau spesialis penyakit dalam konsultan ginjal hipertensi, semua sudah sesuai prosedur.
Untuk itu pihak RS menyebut peristiwa itu terjadi karena ada bakteri yang mengeluarkan enzim hingga mengubah antigen A menjadi B.
"Terjadinya perubahan golongan darah ABO pada pasien bisa diakibatkan oleh infeksi. Kemudian bakteri mengeluarkan enzim ke dalam sirkulasi darah yang mengubah antigen A menjadi antigen B, sehingga pada pemeriksaan golongan darah terbaca golongan darah B. Tapi saat infeksi sudah teratasi golongan darah kembali golongan darah A," ucapnya.