Bantu Ponpes, Bhabinkamtibmas di Lembang Mengajar Agama dan Bahaya Kenakalan Anak

3 hours ago 2
Bantu Ponpes, Bhabinkamtibmas di Lembang Mengajar Agama dan Bahaya Kenakalan Anak Anggota Bhabinkamtibmas Polsek Lembang Bripka Muhammad Taufan Rizky mengajar sejumlah santri di Pondok Pesantren Daarul Huda Al-Azis, Lembang, Kabupaten Bandung Barat..(MI/DEPI GUNAWAN)

KEGIATAN positif dilakukan anggota Bhabinkamtibmas Polsek Lembang Bripka Muhammad Taufan Rizky. Dia meluangkan waktu dengan mengajar di Pondok Pesantren Daarul Huda Al-Azis, Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

Dalam seminggu, dia dua kali mengajarkan berbagai ilmu agama Islam seperti tauhid, fiqh, tafsir dan sebagainya kepada puluhan santri di pondok pesantren yang berlokasi di Kampung Bukamanah RT 02 RW 09, Desa Langensari, Lembang.

Ia juga tak hanya sekadar menyampaikan aturan yang dilarang agama, tapi juga membangun kedekatan emosional dengan semua santri agar mereka patuh, disiplin dan menjauhi hal negatif yang bisa merusak masa depan mereka.

"Seminggu dua kali, setiap hari Senin dan Rabu saya meluangkan waktu mengajar di pesantren. Alhamdulillah pimpinan sudah memberikan izin kepada saya," kata Taufan, Kamis (8/5).

Pria 34 tahun ini sudah mengajar di pesantren sejak 5 tahun lalu secara sukarela karena kebanyakan para santrinya berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah.

Dia mengaku senang dan tak terganggu dengan aktivitas ini karena sejalan dengan tugas dan fungsi kepolisian yang harus bermanfaat bagi masyarakat. Selain itu juga selaras dengan program kebijakan gubernur Jabar yang mencegah kenakalan remaja.

"Pembinaan bahaya narkoba, pergaulan bebas, geng motor juga kami ajarkan di sini agar mereka tidak terjerumus, karena anak muda atau anak-anak itu sifatnya ingin mencoba," bebernya.


Pesantren gratis


Pendiri Pondok Pesantren Daarul Huda Al-Azis, Mochammad Ajat Abdul Azis menyebutkan, tenaga pengajar di pondoknya saat ini berjumlah 5 orang ditambah dirinya. Sementara jumlah santri ada sekitar 40 orang yang berasal dari Jawa Barat, Tangerang dan Lampung.

Sejak awal berdiri pada 2020, ia menyatakan, para santri tidak pernah dipungut biaya alias gratis. Untuk pembiayaan operasional berasal dari upah dakwah dibantu beberapa orang donatur. Selain menimba ilmu agama di pesantren, anak-anak juga mendapat pendidikan formal di sekolah.

"Latar belakang mendirikan pondok pesantren di sini karena prihatin dengan kondisi lingkungan sekitar. Kami ingin membantu masyarakat tidak mampu, menyediakan fasilitas yang memungkinkan anak-anak belajar agama," ungkapnya.

Karena keterbatasan ruangan, pengajaran agama masih memanfaatkan aula yang sekaligus difungsikan sebagai tempat ibadah para santri. Hal itu terpaksa dilakukan demi memangkas biaya operasional seperti untuk makan, listrik dan sebagainya yang mencapai Rp5 juta per bulan.

"Sementara ini yang paling penting dan mendesak ialah adanya masjid agar ada ruangan terpisah biar anak-anak lebih fokus belajarnya. Kendala lainnya paling sulit air bersih kalau musim hujan," ucapnya.

Terkait hadirnya anggota polisi membantu pengajaran diapresiasi, pondok pesantren sangat mendukung. Pasalnya, para santri juga harus  dibekali ilmu yang membuat mereka melek hukum.

"Pendidikan agamanya dapat, ilmu kehidupan bermasyarakat juga dapat. Jadi lebih selaras, ada warna baru dalam aktivitas para santri," tuturnya.

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |