
REGENERASI saraf merupakan proses krusial dalam pemulihan struktur dan fungsi sistem saraf setelah cedera traumatis, penyakit kronis, atau kondisi degeneratif. Tinjauan sistematis ini mengevaluasi potensi vitamin—khususnya B, D, dan E—sebagai terapi pendukung dalam perbaikan sistem saraf pusat dan perifer.
Metodologi dan Populasi Studi
Tinjauan dilakukan berdasarkan pedoman PRISMA, mencakup pencarian literatur dari PubMed, Elsevier, dan Cochrane, dengan fokus pada studi klinis pada manusia dengan gangguan neuropatik. Dari proses penyaringan, teridentifikasi sembilan studi dengan risiko bias rendah hingga sedang, melibatkan total 313 pasien.
Partisipan termasuk:
-
63 pasien dengan cedera saraf alveolar inferior pascaoperasi
-
33 penderita neuropati
-
40 pasien pascaoperasi katarak nuklear
-
27 pasien dengan defisiensi vitamin B
-
60 penderita rheumatoid arthritis dengan nyeri neuropatik
-
30 pasien dengan ataksia Friedreich
Mekanisme Kerja Vitamin
-
Vitamin B (B1, B6, B12): Mendukung metabolisme neuron dan pembentukan mielin, penting untuk transmisi impuls saraf dan regenerasi jaringan saraf.
-
Vitamin D: Berperan dalam neuroproteksi melalui regulasi faktor pertumbuhan saraf dan protein neurotropik, serta menunjukkan efek anti-inflamasi yang mempercepat pemulihan.
-
Vitamin E: Bertindak sebagai antioksidan yang mengurangi stres oksidatif, menjaga integritas struktur sel saraf selama proses penyembuhan.
Kesimpulan dan Implikasi Klinis
Ketiga vitamin ini menunjukkan peran berbeda namun saling melengkapi dalam mempercepat regenerasi saraf. Namun, saat ini hanya vitamin B12 yang direkomendasikan dalam pedoman klinis untuk penanganan neuropati.
Meski hasilnya menjanjikan dan tidak ditemukan efek samping signifikan, belum ada standar dosis yang ditetapkan. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan dosis optimal serta mengevaluasi efektivitas terapeutik vitamin B, D, dan E dalam berbagai kondisi neuropatik. (Universitas Airlangga/Z-10)