"Gong and the Four Noses", Seniman Empat Negara Mainkan Gambang Suling dan Bengawan Solo

3 hours ago 2
Ilustrasi(MI/ARDI TERISTI )

EMPAT  orang dewasa masuk ke dalam sebuah bangunan nan gelap dengan hanya membawa sebuah lentera. Ketika memasuki salah satu ruangan, mereka terlihat celingukan mendapati beberapa benda ditutupi kain putih.

Dengan gaya kocak, mereka membuka satu persatu penutup kain, yang ternyata adalah alat musik, seperti akordeon, glockenspiel,  saxophone, dan harpa. Mereka lalu memainkan beberapa komposisi musik eksperimental.

Sekelumit adegan tersebut tersaji dalam pentas Oorkaan Ensemble di Gedung Societet, Taman Budaya Yogyakarta, Rabu (6/5) malam. Oorkaan Ensemble beranggotakan seniman dari empat negara yang memainkan peran penting dalam menciptakan harmoni dan kualitas tinggi pada setiap pertunjukan, yaitu Belanda, Italia, Belgia, dan Turki. 

Direktur Artistik pentas malam itu adalah Caecilia Elizabeth dengan empat aktor musisi yang bermain, yaitu Michela Zanoli, Michele Mazzini, Robbrecht Van Cauwenberghe,  dan Veysel Dzhezur. Mereka tinggal dan berkreasi di Amsterdam, Belanda.

Caecilia menjelaskan, Oorkaan Ensemble menggabungkan elemen-elemen eksperimental, kontemporer, dan lintas disiplin. Penampilan mereka, dengan memanfaatkan beragam alat musik, teknik bermain, dan teknologi modern, mampu memberikan pengalaman artistik yang unik bagi para penonton.

"Ansambel ini menjadi ruang berekspresi bagi kreativitas tanpa batas para anggotanya," terang dia. Selain itu, Oorkaan Ensemble tidak hanya berperan dalam menciptakan karya baru, tetapi juga dalam memperkenalkan masyarakat kepada dimensi baru dari seni musik.

Terinspirasi Indonesia

Penampilan Oorkaan Ensemble di Societet malam itu terinspirasi dari bunyi-bunyian musik Indonesia, termasuk musik gamelan. Dengan tajuk "Gong and the Four Noses”, mereka juga memainkan alat musik gamelan dan lagu-lagu Indonesia, seperti Gambang Suling dan Bengawan Solo.

"Kami memasukkan karakter punakawan pada keempat pemain (pada bagian awal cerita)," terang Caecilia.

Tidak hanya memainkan alat musik, mereka juga berakting dengan gaya yang menghibur para penonton. Misalnya, mereka bermain musik sembari memerankan karakter hewan, seperti gajah, merak, komodo, dan ular. Pada akhir penampilan, mereka pun sempat memperagakan beberapa gerakan pencak silat.

"Kami sengaja memainkan berbagai genre musik agar penonton bisa menikmatinya secara ringan, hangat, dan melankolis pada akhirnya," terang dia.

Salah seorang pemain, Robbrecht Van Cauwenberghe menceritakan, mereka mempersiapkan pertunjukan ini sekitar 2 bulan, termasuk riset. "Tidak mudah untuk bermain musik dan berakting di atas panggung," ungkap dia.

Mereka berempat merupakan musisi. Namun, sekitar empat tahun terakhir, mereka berlatih dan memperdalam akting.

Sebuah Kolaborasi

Direktur Pendhapa Art Space Ganes Satya Aji menyampaikan, penampilan Oorkaan Ensemble merupakan hasil kerja sama Erasmus Huis dengan Pendhapa Art Space. "Oorkaan Ensemble menampilkan seni musik dengan kemasan berbeda," kata dia.

Mereka tidak hanya memainkan alat musik Barat, tetapi juga alat musik gamelan, seperti Bonang, saron, dan gong. Mereka juga mengemasnya dengan seni teatrikal dan tata busana yang menarik sehingga bisa dinikmati oleh semua kalangan dan lapisan umur.

Tidak heran pertunjukan malam itu juga banyak disaksikan oleh anak-anak. Mereka bisa memiliki pandangan yang lebih luas tentang seni pertunjukan.

"Harapan kami, ini menjadi media apresiasi bagi anak-anak juga supaya bisa menjadi stimulan untuk mengembangkan kreativitas mereka," kata dia. Multidisiplin ilmu bisa menciptakan seni-seni baru yang menarik. 

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |