
TEKNOLOGI pembuatan keramik terus berkembang, tidak hanya dari sisi tampilan, tetapi juga fungsi dan ketahanannya dalam jangka panjang. Sejumlah inovasi seperti sistem anti-slip permanen, efek permukaan visual khusus, hingga sambungan yang memungkinkan struktur bangunan bergerak tanpa merusak permukaan kini menjadi sorotan dalam dunia desain interior dan arsitektur.
Namun di balik kemewahan desain, pemilihan dan pemasangan keramik ternyata menyimpan banyak ilmu teknis yang kerap luput dari perhatian. Berikut 7 tips penting dalam memilih dan memahami keramik yang tak hanya estetis, tapi juga fungsional:
1. Jangan Abaikan Nut: Si Kecil Pelindung Permukaan
Saat membahas struktur, sang narasumber menegaskan pentingnya fleksibilitas:
“Maka bangunan itu masih bergerak. Harus. Ada ujung-ujungnya, ada ball joint, cross joint, supaya kalau ada truk lewat, kita kadang nggak merasa," jelas GM Sales Roman, Budiyani Sudartha, di Arch:ID 2025, Kamis (8/5).
Joint tersebut bukan cuma untuk peredam guncangan, tapi juga pelindung agar struktur tidak rusak akibat tekanan berlebih.
Nut atau sambungan kecil pada keramik sering dianggap sepele, padahal fungsinya vital.
“Kalau tidak pakai nut, menempel di depannya. Akan gesek terus, jadi gumpil. Kalau ada nut-nya, nut-nya yang gumpil. Diganti nut lagi. Itu pengaman sebetulnya," kata Budi
Nut menjaga agar keramik tidak rusak karena gesekan antar bagian saat bangunan bergeser.
2. Ukuran Keramik Menentukan Rasa Luas Ruangan
Masih banyak orang salah kaprah soal ini:
“Mestinya kalau lebih besar, akan jadi terasa lebih besar. Tapi sekarang ini tidak berlaku kecil semua. Jadi dikombinasikan.”
Gabungan keramik kecil dan besar justru menciptakan dinamika visual. Misalnya, di kamar mandi bisa dipadukan keramik ukuran 30x30 cm dengan precut 3,75x15 cm seperti koleksi dGili.
3 Efek Cahaya Bikin Keramik Lebih “Hidup”
Budi mencontohkan produk Roman yang memiliki sentuhan visual unik. Efek ini menjadi ciri khas visual yang memukau, terutama jika dipadukan dengan pencahayaan yang tepat.
“Ada efeknya. Kayak glitter, tapi ini kita sebut diamond effect. Kelihatannya jadi lebih mewah.”
4. Jangan Sembarangan Pakai Cairan Pembersih
Pembersih kimia keras seperti HCl bisa merusak lapisan glazur keramik.
“Porstek itu harus dicairin. Kalau nggak, hancur. Lawan HCl, apapun pasti rusak,” jelas dia.
Gunakan pembersih khusus keramik yang sudah diformulasi aman untuk permukaan.
5. Setiap Merek Punya Cerita, Jangan Hanya Lihat Motif
“Masing-masing merk keramik pasti punya cerita sendiri. Konsumen biasanya pilih dari motif, tapi desainer lihat lebih dalam—fungsi, harga, siapa yang pakai.”
Roman menjawab kebutuhan ini lewat Archipelago Series, koleksi ubin dengan cerita dan inspirasi khas dari berbagai daerah Indonesia, seperti:
-
dSelayar: Nuansa tropis Pulau Selayar.
-
dGili: Ceria dan eksotis ala Gili Trawangan.
-
dAlor: Terinspirasi tenun dan lanskap vulkanik Alor.
-
dManika: Ubin mozaik 10x10 cm yang tampil seperti permata.
-
dAruna: Subway tile 6x30 cm bertema fajar, memberi kesegaran baru.
-
dTegel: Tegel klasik ukuran 20x20 cm dalam 30 motif modern.
6. Teknologi Anti-Slip yang Awet Seumur Hidup
Banyak yang bertanya, apakah fitur anti-slip cepat hilang?
“Anti-slip itu dari teknologi gelasur. Selama gelasurnya masih, ya tahan. Selamanya.” tambah dia.
Artinya, perawatan tepat menjamin keawetan fungsi anti-slip, bukan hanya tampilan.
Peluncuran Designer Tile: Archipelago Series di booth artistik Roman di Arch:ID 2025 bukan sekadar pamer estetika. Ini adalah manifestasi nyata bagaimana produk lokal bisa menyatukan warisan budaya dengan inovasi industri.
“Produk-produk dalam seri ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan profesional desain, serta diprediksi akan menjadi tren yang semakin populer di masa depan,” ujar Budi.
Roman juga menampilkan ubin besar dari lini RomanGranit Xtra dan Grande, lengkap dengan efek permukaan seperti Baby Skin, Special Relief, Glossy, hingga Diamond Effect, menjadikan mereka pemimpin sejati inovasi ubin di Indonesia. (Z-10)