Komitmen Terhadap Keberlanjutan, GRP Dorong Kolaborasi Masa Depan Rendah Emisi

3 hours ago 2
Komitmen Terhadap Keberlanjutan, GRP Dorong Kolaborasi Masa Depan Rendah Emisi Presiden Direktur GRP Fedaus berbicara pada Forum Industri Hijau (FIH) 2025 di Bandung, Jawa Barat.(Antara)

PT Gunung Raja Paksi Tbk (GRP), salah satu produsen baja terintegrasi terbesar di Indonesia, kembali menunjukkan komitmen terhadap keberlanjutan. Kali ini, melalui keikutsertaan dalam Forum Industri Hijau (FIH) 2025 di Bandung, Jawa Barat.  

Mengusung tema Mendorong Implementasi Industri Hijau di Indonesia, forum ini menjadi wadah kolaborasi strategis antara pelaku industri, industri kecil menengah (IKM), akademisi, asosiasi industri, dan lembaga internasional.

Forum yang diinisiasi Kementerian Perindustrian melalui Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) merupakan bagian dari rangkaian menuju The 2nd Annual Indonesia Green Industry Summit (AIGIS) 2025 pada Agustus mendatang di Jakarta.

Dalam forum tersebut, GRP hadir sebagai salah satu narasumber dalam sesi bertema Praktik Terbaik Penerapan Industri Hijau. Pada sesi tersebut, GRP berbagi pengalaman terkait transformasi perusahaan yang dijalankan di sektor industri baja Tanah Air.

Dalam presentasinya, Presiden Direktur GRP Fedaus menekankan keberlanjutan menjadi bagian tak terpisahkan dari strategi bisnis GRP.

Ia menyampaikan sektor baja yang dikenal memiliki emisi tinggi perlu menjadi bagian dari solusi, melalui adopsi teknologi yang lebih bersih, efisien, dan transparan.

"GRP sendiri telah mengimplementasikan proses produksi berbasis teknologi Electric Arc Furnace (EAF) sepenuhnya, dengan sekitar 70% bahan baku berasal dari scrap," kata Fedaus.

Menurut dia, pendekatan ini tidak hanya mampu mengurangi emisi karbon secara signifikan, tetapi juga memperkuat kontribusi terhadap ekonomi sirkular.

Selain itu, GRP mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap dengan kapasitas terpasang sebesar 9,3 megawatt-peak (MWp), yang menjadikannya salah satu instalasi rooftop solar terbesar di Jawa Barat.

Fedaus melanjutkan berbagai capaian keberlanjutan GRP telah mendapatkan pengakuan dari pemerintah dan lembaga independen.

Di antaranya, perusahaan meraih sertifikasi  Standar Industri Hijau dari Kementerian Perindustrian dan Green Label Indonesia dari Green Product Council Indonesia (GPCI) dengan predikat Gold.

GRP juga mengadopsi Environmental Product Declaration (EPD) untuk meningkatkan transparansi jejak karbon pada produk-produknya, serta mempersiapkan perusahaan dalam menghadapi implementasi regulasi berskala global seperti Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM).

Dalam forum yang dihadiri lebih dari 300 peserta ini, GRP tampil berdampingan dengan pelaku usaha lain yang juga membagikan langkah konkret menuju industri yang lebih hijau.

Pada diskusi panel juga mengeksplorasi strategi dekarbonisasi sektor manufaktur, adopsi teknologi rendah karbon, serta pentingnya arah kebijakan yang mendukung investasi hijau.

Fedaus menyatakan keikutsertaan GRP dalam Forum Industri Hijau Nasional 2025 memperkuat peran perusahaan dalam mendukung agenda Net Zero Emission Indonesia dan memajukan sektor baja nasional dalam menghadapi transisi global menuju pembangunan berkelanjutan.

"Dengan semangat kolaboratif yang tercermin dalam forum ini, GRP berkomitmen untuk terus berkontribusi pada ekosistem industri yang lebih hijau, resilien, dan kompetitif di tingkat global," tutup Fedaus.

Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza menambahkan forum ini menjadi momentum awal untuk membangun konsolidasi, memperkuat inovasi dan menyatukan langkah menuju AIGIS 2025.

ia juga menekankan pentingnya percepatan transformasi industri nasional dalam merespons krisis iklim, tuntutan efisiensi sumber daya, dan dinamika pasar global.

Pemerintah, lanjutnya, menargetkan penurunan emisi gas rumah kaca sektor industri sebesar 31% hingga 43% pada 2030, dan mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2050. (Ant/E-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |