Pierbattista Pizzaballa: Suara Timur Tengah dalam Konklaf Pemilihan Paus Baru

15 hours ago 4
 Suara Timur Tengah dalam Konklaf Pemilihan Paus Baru Kardinal Pierbattista Pizzaballa menjadi sorotan dalam konklaf. Dengan pengalaman lintas agama di Timur Tengah, ia dianggap mampu membawa perspektif global dan pesan perdamaian.(Vatican news)

KARDINAL Pierbattista Pizzaballa, Patriark Latin Yerusalem yang kini berusia 60 tahun, muncul sebagai salah satu figur penting dalam spekulasi konklaf pemilihan Paus baru. Dengan pengalaman lebih dari tiga dekade di Tanah Suci, Pizzaballa dikenal sebagai tokoh yang gigih memperjuangkan dialog antaragama, perdamaian, dan rekonsiliasi di tengah ketegangan politik dan agama yang melanda Timur Tengah.

Pizzaballa ditahbiskan sebagai imam pada usia 25 tahun di Italia. Tak lama kemudian, Ia dipanggil untuk melayani di Yerusalem, di mana ia menjadikan kota suci tersebut sebagai pusat pelayanannya. Pada 2020, Paus Fransiskus mengangkatnya sebagai Patriark Latin Yerusalem, memimpin komunitas Katolik Roma di wilayah yang meliputi Israel, Palestina, Yordania, dan Siprus. Dua tahun kemudian, ia dianugerahi gelar kardinal sebagai pengakuan atas kontribusinya terhadap Gereja Katolik global dan situasi di Timur Tengah.

Sebagai Patriark Latin, Pizzaballa dihadapkan pada tantangan besar, termasuk konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina. Ia telah berulang kali mengajak untuk berdamai dan secara tegas menegaskan pentingnya Yerusalem sebagai "jantung kehidupan dunia. " Pizzaballa juga menekankan perlunya menghormati semua keyakinan agama di kota yang dihormati umat Kristen, Yahudi, dan Muslim. 

Kepemimpinannya menghadapi ketegangan ini telah membangun reputasinya. Sebagai pemimpin yang mampu menjaga stabilitas di tengah kondisi yang sangat rentan. Meskipun demikian, Pizzaballa tak luput dari tantangan dalam karir kepausannya. 

Pengalamannya yang cukup singkat sebagai kardinal, setelah diangkat pada 2022 mungkin menjadi hambatan dalam proses konklaf mendatang. Selain itu, kedekatannya dengan Paus Fransiskus, yang kerap mengusung agenda reformasi, dapat membuatnya kurang menarik bagi sejumlah kardinal konservatif yang menginginkan perubahan dalam arah Gereja.

Salah satu momen penting dalam perjalanan kepemimpinannya adalah penundaan dalam mengambil alih gereja tituler di Roma, Santa Onofrio, yang baru dapat diraih pada awal 2024 akibat dampak dari perang di Gaza. Kendati mengalami keterlambatan, Pizzaballa tetap menunjukkan komitmennya terhadap peran internasional Gereja dengan memimpin misa khusus untuk mengenang Paus Fransiskus di Gereja Makam Kudus, Yerusalem, pada April 2025.

Sebagai calon potensial di konklaf mendatang, meskipun usianya yang lebih muda dan pengalaman yang terbatas sebagai kardinal bisa menjadi penghalang, Pizzaballa tetap dihormati dalam kalangan umat. Dengan pandangan global serta pemahaman mendalam tentang konflik internasional, ia dianggap mampu menghadirkan suara Timur Tengah dalam konklaf. Walaupun bukan menjadi kandidat utama, kehadirannya diharapkan dapat berperan signifikan dalam menentukan arah Gereja Katolik di masa yang akan datang. (BBC/Catholic news Agency/Z-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |