
Ratusan dokter dan guru besar Universitas Gadjah Mada (UGM) berkumpul di Lapangan Pancasila, Grha Sabha Pramana, Universitas Gadjah Mada, Rabu (7/5). Dengan mengenakan pakaian hitam dan pita merah putih di lengan, mereka menyuarakan keprihatinan.
Menyikapi arah transformasi dan dinamika kebijakan di bidang kesehatan nasional saat ini, Dewan Guru Besar UGM memandang perlu untuk menyampaikan keprihatinan yang mendalam.
Guru Besar UGM, Prof. Wahyudi Kumorotomo menyampaikan, di tengah semangat perubahan yang seharusnya mengedepankan keadilan, profesionalisme, partisipasi, dan kolaborasi semua pemangku kepentingan, ironisnya, kebijakan kebijakan di bidang kesehatan yang dikeluarkan dinilai konsisten dan sistematis mengakibatkan hilangnya kebebasan berpendapat dan independensi, mengintimidasi, memecah belah profesi kedokteran/kesehatan, menekan kebebasan akademik, serta mereduksi fungsi rumah sakit pendidikan.
"Suara keprihatinan ini merupakan kelanjutan dari hasil Pemikiran Bulaksumur yang diinisiasi Dewan Guru Besar UGM yang mengungkapkan Suara Keprihatinan Bulaksumur," ungkap Wahyudi.
Suara keprihatinan tersebut berisi empat poin. "Satu, pergeseran transformasi layanan kesehatan yang seharusnya berorientasi kepada keselamatan pasien dan nilai kemanusiaan menjadi kapitalisasi/keuntungan finansial mengakibatkan terjadinya eksploitasi tenaga kesehatan dan pelanggaran etika kedokteran/kesehatan," terang dia.
Dua, mereduksi peran Rumah Sakit Kementerian Kesehatan dan beberapa Rumah Sakit Daerah sebagai Rumah Sakit Pendidikan dengan penerapan berbagai kebijakan yang tidak akomodatif dan menghilangkan fungsi sinergi dan kolaboratif dengan institusi pendidikan di lingkungan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi.
Tiga, penggunaan kekuasaan untuk penghilangan independensi profesi kedokteran/kesehatan, termasuk penguasaan konsil dan kolegium yang merupakan penjaga utama keilmuan dan profesionalitas kedokteran/kesehatan.
Empat, penggunaan kekuasaan untuk mengintimidasi dan memecah belah profesi kedokteran/kesehatan.
"Universitas Gadjah Mada mengajak semua pihak berkomitmen, bersinergi, berkolaborasi menjaga marwah pendidikan kedokteran/kesehatan untuk peningkatan derajat kesehatan bangsa," terang dia.
Kepala Rumah Sakit Akademik UGM, Dr. dr. Darwito, S.H., Sp.B. Subsp. Onk (K) menyoroti beberapa persoalan yang dialami di dunia kedokteran. Misalnya, penutupan pendidikan dokter spesialis yang beberapa kali dilakukan padahal Indonesia masih kekurangan dokter spesialis.
Ia juga menyoroti pemindahan dokter secara sepihak, yang katanya untuk pemerataan. "Kita berkumpul, kita tidak setuju atas kesewenang-wenangan," kata dia.
Menurut dia, rasanya miris kalau dokter terbungkam yang mengakibatkan kemunduran para dokter.
Prof. Dr. dr. Budi Yuli Setianto, Sp. PD-KKV. Sp. JP(K) mempertanyakan, kenapa tidak ada diskusi dulu sebelum seorang dokter dipindahkan? "Dokter-dokter yang dipindahkan adalah orang-orang yang penting di dunia pendidikan kedokteran," tutup dia. (E-2)