
WARGA Palestina di Gaza, saat ini bertahan hidup dengan makanan kaleng akibat blokade yang dilakukan Israel. Makanan di kargo-kargo bantuan pun membusuk karena terlalu lama tidak dapat memasuki Gaza.
Kepala urusan kemanusiaan OCHA, Tom Fletcher mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa semua pintu masuk ke Gaza ditutup. Selain makanan menjadi busuk, obat-obatan di dalam kargo bantuan menjadi kedaluarsa.
"Hukum humaniter internasional melarang serangan tanpa pandang bulu, menghalangi bantuan penyelamatan nyawa, penghancuran infrastruktur yang sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup warga sipil, dan penyanderaan. Jika prinsip-prinsip dasar hukum humaniter masih diperhitungkan, komunitas internasional harus bertindak selagi bisa untuk menegakkannya," kata Fletcher dikutip Al Jazeera.
Komentar Fletcher ini muncul ketika Program Pangan Dunia PBB (WFP) melaporkan, pada hari Jumat (28/3), bahwa mereka hanya memiliki 5.700 ton stok makanan yang tersisa di Gaza. Jumlah itu hanya cukup untuk mendukung operasi WFP selama maksimal dua minggu.
Sejak awal Maret, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan bahwa makanan dan bantuan akan dilarang masuk ke Gaza hingga Hamas setuju untuk memperpanjang tahap pertama kesepakatan gencatan senjata yang telah terjadi Januari 2025.
Namun, kelompok Palestina telah menolak untuk memperpanjang tahap pertama dan telah mendorong untuk melanjutkan ke tahap kedua, yang akan menegosiasikan penarikan pasukan Israel dari Gaza dan mengakhiri perang.
Harga Naik 400%
WFP juga mengatakan bahwa di tengah blokade Israel, harga makanan telah meningkat secara drastis. Sekantong tepung terigu seberat 25 kg sekarang harganya mencapai 50 dolar AS, atau meningkat 400 persen dibandingkan dengan harga sebelum tanggal 18 Maret 2025.
Di sebuah pasar di Jabalia, Gaza utara, pasokan makanan terbatas pada makanan kaleng dan sayuran yang mahal. Mustafa Homaid, seorang penjual sayuran, mengatakan bahwa pasar tersebut "hampir kosong" karena harga barang terlalu mahal untuk dibeli oleh masyarakat.
"Satu kilo (2,2 pon) tomat harganya naik tiga kali lipat. Saya hampir tidak mampu membeli bahan makanan untuk keluarga saya. Bisa dibayangkan bagaimana orang lain mengatasinya," kata Homaid.
Bagi Ahmed Balosha, seorang anak pengungsi di Jabalia, kenaikan harga berarti keluarganya tidak memiliki daging segar selama lebih dari setahun. "Kami bertahan hidup dengan makanan kaleng, roti dan keju. Hanya itu saja," katanya.
Di tengah krisis pangan di Gaza, warga juga terus digempur oleh serangan Israel. Sejak Israel melanjutkan perangnya pada 18 Maret lalu, hampir 900 warga Palestina telah terbunuh, menambah jumlah korban tewas secara keseluruhan menjadi 50.251 orang sejak perang dimulai pada 7 Oktober 2023. Serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan menewaskan 1.139 orang dan sekitar 250 orang ditawan, yang menyulut perang saat ini. (M-1)