Kondisi Jembatan di Desa Sukabungah Cianjur Ancam Keselamatan Warga

2 hours ago 2
Kondisi Jembatan di Desa Sukabungah Cianjur Ancam Keselamatan Warga Sejumlah warga melintasi jembatan yang hanya terbuat dari bambu di Kampung Legok Huni Desa Sukabungah(MI/Benny Bastiandy)

JEMBATAN bambu di Kampung Legok Huni, Desa Sukabungah, Kecamatan Campakamulya, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, merupakan akses vital aktivitas masyarakat setempat maupun pelajar. Ironisnya, jembatan yang hanya terbuat dari bambu itu kondisinya kini cukup memprihatinkan.

Kepala Desa Sukabungah Asep Juanda menuturkan, jembatan bambu itu merupakan penghubung Desa Sukabungah dengan Desa Campakamulya. Selain dimanfaatkan aktivitas masyarakat, jembatan tersebut juga dipakai kalangan pelajar untuk berangkat dan pulang sekolah.

"Sudah puluhan tahun jembatannya menggunakan bambu," kata Asep, Minggu (18/5).

Konstruksi jembatan cukup sederhana. Bambu jadi penyangga utama jembatan di atas atas aliran sungai. Tak ada pengaman di kanan kiri untuk jadi pegangan masyarakat saat melintasi jembatan. Bagian alasnya pun menggunakan anyaman bambu. Kondisi jembatan itu cukup memprihatinkan. Apalagi jika turun hujan, bisa berpotensi terbawa arus deras aliran sungai.

"Bisa dikatakan sih sudah lapuk. Namanya juga dari bambu. Sekuat-kuatnya juga kalau terus menerus kena air pasti akan rapuh," terang dia.

Saat ini kondisi curah hujan relatif masih cukup tinggi. Asep menaruh kekhawatiran jembatan bisa berpotensi terbawa arus deras sungai. "Kami sedang memikirkan untuk memperkokoh jembatan secara swadaya. Minimalnya kondisinya tidak seperti sekarang," ungkap Asep.

Idelanya, sebut Asep, konstruksi jembatan dibangun permanen. Paling tidak berubah menjadi jembatan gantung berbahan baja serta menggunakan konstruksi yang kokoh. "Sebetulnya kami sudah beberapa kali meminta bantuan ke pemerintah kabupaten untuk perbaikan. Tapi sampai sekarang belum ada tindak lanjutnya," pungkas Asep.

Azriel, 10, pelajar warga Kampung Legok Huni, mengaku selalu was-was saat melintasi jembatan, apalagi saat atau setelah hujan. Sebab, alas yang terbuat dari anyaman kayu atau bambu itu kondisinya cukup licin saat dipijak.

"Takut kecemplung ke sungai. Harusnya ada pegangan, jadi kalau licin bisa ada buat nahan," kata Azriel.(M-2)
 

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |