
KARDINAL Marc Ouellet, salah satu tokoh senior dalam Gereja Katolik yang berasal dari Kanada. Namanya kembali mencuri perhatian seiring dengan spekulasi mengenai konklaf pemilihan Paus di tahun 2025. Meskipun usianya 80 tahun, yang membatasi keterlibatannya dalam pemilihan, pengaruhnya tetap signifikan berkat pengalaman panjangnya di berbagai posisi strategis di Vatikan.
Ouellet dikenal sebagai seorang konservatif, namun ia memiliki pandangan yang cukup modern pada beberapa isu sosial. Sebagai kepala Dicastery for Bishops, lembaga yang bertanggung jawab atas pemilihan uskup di seluruh dunia, perannya dalam membentuk struktur Gereja Katolik global sangatlah penting. Mantan kandidat Paus pada konklaf 2005 dan 2013 ini tetap berpengaruh, meskipun tidak terpilih pada kedua kesempatan tersebut.
Sebagai sosok konservatif, Ouellet mengedepankan prinsip selibat bagi para imam dan menentang ordinasasi perempuan sebagai imam. Namun, ia juga meyakini pentingnya memberikan peran yang lebih besar kepada perempuan dalam pengelolaan Gereja Katolik. Pernyataan yang diungkapkannya, "Kristus laki-laki, Gereja adalah feminin," mencerminkan cara pandangnya yang menggabungkan ajaran tradisional dengan perspektif yang lebih inklusif terhadap peran perempuan dalam struktur Gereja.
Walaupun Ouellet tidak dapat hadir dalam konklaf 2025 karena sudah melewati batas usia, dampaknya terhadap pemilihan uskup dan kebijakan Gereja tetap sangat terasa. Selama lebih dari satu dekade memimpin Dicastery for Bishops, ia berperan krusial dalam pemilihan uskup-uskup yang kini menduduki posisi-posisi utama dalam Gereja Katolik. Pengaruhnya dalam menentukan arah kebijakan Gereja ke depan tidak bisa diabaikan.
Kardinal Ouellet sudah dua kali diusulkan sebagai kandidat dalam pemilihan Paus, tepatnya pada konklaf 2005 dan 2013. Meskipun peluangnya untuk menjadi Paus pada 2025 terbilang kecil karena faktor usia, pengaruhnya dalam mengarahkan kebijakan dan struktur Gereja Katolik tetap sangat signifikan.
Sebagai seorang yang berpegang pada prinsip konservatif, Ouellet juga menunjukkan sikap progresif dalam beberapa aspek, terutama dalam menempatkan perempuan dalam posisi yang lebih signifikan dalam pengelolaan Gereja Katolik. Pandangan ini menjadi ciri khas gaya kepemimpinannya yang terus memberikan dampak positif dalam kehidupan internal Gereja Katolik. (BBC/Catholic News Agency/Z-2)