Memahami Keamanan dan Manfaat Lingkungan Galon Guna Ulang Berbahan Polikarbonat

6 hours ago 2
Memahami Keamanan dan Manfaat Lingkungan Galon Guna Ulang Berbahan Polikarbonat Pekerja memindahkan galon di salah satu depo pengisian air minum dalam kemasan Daan Mogot, Jakarta(ANTARA/Rivan Awal Lingga)

GALON guna ulang berbahan polikarbonat (PC) telah digunakan di Indonesia sejak 1980-an sebagai solusi praktis dan higienis untuk air minum

Meskipun muncul kekhawatiran tentang Bisphenol A (BPA) yang digunakan sebagai prekursor dalam proses pembuatan polikarbonat, berbagai penelitian dan otoritas seperti BPOM, BSN, FDA, dan EFSA memastikan keamanannya.

Air minum dalam kemasan dinilai lebih sehat dan higienis dibanding air rebusan air tanah. Air minum galon guna ulang juga telah menjadi pemandangan umum, tidak saja di rumah tangga tetapi juga  kantor, rumah sakit, instansi pemerintah hingga tempat umum lainnya. Kemasan galon ini menawarkan solusi praktis untuk kebutuhan air minum sehari-hari. 

Namun, belakangan ini, muncul isu soal keamanannya, khususnya BPA. Banyak ahli kemasan plastik, ahli pangan dan dokter menegaskan bahwa BPA pada pada galon guna ulang dijamin aman. 

Banyak dokter spesialis juga menegaskan belum pernah ada kasus dimana pasien didiagnosa menderita penyakit akibat mengonsumsi air minum dalam kemasan. Bagaimana sebenarnya pengaruh BPA pada air yang kita konsumsi? 

Menganalisis hal itu, bisa ditelaah lebih jauh apa yang menjadikan galon guna ulang, khususnya yang terbuat dari Polikarbonat (PC) sebagai pilihan yang aman. Ada beberapa faktor penentu keamanan galon guna ulang dibanding kemasan air jenis lain.

1. Material Aman (Food-Grade)

Galon guna ulang berbahan PC umumnya dibuat dari plastik food-grade aman untuk makanan dan minuman. Standarisasi dari BPOM, BSN dan Kementerian Perindustrian memastikan tidak ada migrasi BPA ke air.

Kedua lembaga tersebut telah memastikan bahwa galon PC aman untuk digunakan. Tidak ada pula terjadi migrasi Bisphenol A (BPA) seperti informasi yang beredar di berbagai platform sarana komunikasi. Migrasi BPA dari galon ke air juga sudah dibantah oleh berbagai penelitian ilmiah.

"Untuk pengujian BPA di dalam air galon kuat polikarbonat yang pernah kami lakukan, baik BPA yang sebelum digunakan atau diedarkan dan setelah galon itu digunakan masyarakat, rata-rata adalah negatif BPA," kata Koordinator Fungsi Pengujian dan Kalibrasi Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kimia, Farmasi, dan Kemasan (BBSPJI-KFK) Kemenperin, Irma Rumondang.

BPOM juga sudah memastikan galon guna ulang yang beredar di masyarakat masih aman digunakan untuk air minum. Lembaga penjamin keamanan pangan itu juga menegaskan sudah secara rutin melakukan pemantauan terhadap semua air minum dalam kemasan (AMDK) yang ada di tengah masyarakat.

"Galon guna ulang masih aman digunakan," kata Direktur Standardisasi Pangan Olahan Badan POM Dwiana Andayani. Meskipun, dia mengatakan bahwa masyarakat perlu diedukasi untuk memperlakukan galon dengan baik dengan tidak membanting atau menyikat dengan keras.

2. Proses pencucian dan sterilisasi

Seluruh galon guna ulang sudah pasti melewati proses ini sebelum diedarkan kembali ke konsumen. Sterilisasi merupakan aspek krusial dalam menjaga keamanan galon guna ulang. Fasilitas pengisian ulang produsen AMDK memiliki protokol yang dirancang untuk menghilangkan kontaminan. 

Pencucian dimulai dari basuhan air pada permukaan luar galon. Lalu, dilanjutkan dengan pembasuhan menggunakan bahan pembersih dengan standar food-grade untuk membersihkan bagian dalam galon. Setelah itu, galon dibilas dengan air suhu hangat, yakni 55°C untuk menghilangkan mikroba. 

Galon kemudian dibilas kembali dengan air suhu normal. Hal ini agar galon benar-benar hanya mengandung air kemasan tanpa ada kontaminasi bahan lain. Proses otomatis tanpa campur tangan manusia untuk menjaga sterilitas.

3. Keamanan BPA

Dalam banyak penelitian, BPA dalam banyak benda memang disebutkan berbahaya bagi manusia, namun tidak pada galon. Begitu juga tidak ada laporan kasus penyakit akibat konsumsi air dari galon PC, baik di Indonesia maupun internasional. 

Penelitian Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Sumatra Utara (USU), Universitas Islam Makassar (UIM) hingga Universitas Muslim Indonesia (UMI) telah memastikan tidak ada migrasi BPA dari galon guna ulang berbahan polikarbonat ke air.

Anggota Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI) Hermawan Seftiono menjelaskan bahwa galon dan BPA merupakan dua produk yang berbeda. Dia menjelaskan, BPA merupakan senyawa pembentuk galon polikarbonat dan memang zat berbahaya apabila berdiri sendiri. 

Hermawan mengatakan, tidak laporan di Eropa yang pernah menyebutkan ada seseorang yang sakit karena mengonsumsi air dari galon polikarbonat. Kepala Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Trilogi menegaskan, artinya kemasan galon polikarbonat dan tutupnya aman digunakan untuk produk AMDK.

"Belum ada juga kasus di Indonesia dan di luar negeri juga terkena penyakit dari kandungan BPA ini," katanya.

Periset Ahli Madya Pusat Riset Teknologi Polimer Badan Riset dan Inovasi Nasional (PRTP BRIN) Syuhada menegaskan, galon guna ulang juga telah diakui aman untuk kontak langsung dengan makanan dan minuman oleh otoritas berwenang seperti Komisi Obat dan Makanan Amerika (FDA) hingga Otoritas Keamanan Pangan Eropa (EFSA).

Dia melanjutkan, penelitian Dong Wen-li dkk, yang dipublikasikan dalam jurnal Applied Mechanics and Materials Vol 469 Tahun 2014 juga menunjukkan semakin lama galon guna ulang PC dipakai maka migrasi kandungan BPA pada temperatur normal ke dalam air cenderung berkurang secara linier.

"Hal ini berarti, semakin sering dan semakin lama wadah itu digunakan, semakin kecil pula kemungkinan paparan BPA yang dapat terjadi, sehingga konsumen tidak perlu khawatir menggunakan wadah PC secara berulang," kata Syuhada.

4. Manfaat Lingkungan

Pemakaian galon guna ulang sama dengan mendukung aspek keberlanjutan karena menawarkan manfaat bagi lingkungan. Dengan menggunakan galon guna ulang, masyarakat ikut berkontribusi pada pengurangan limbah plastik sekali pakai, meminimalkan jejak karbon akibat produksi kemasan baru, dan mendukung prinsip ekonomi sirkular.

Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol Nurofiq mendorong industri AMDK mengurangi penggunaan biji plastik dengan menggunakan botol atau galon guna ulang. Dia mengatakan, rata-rata galon guna ulang bisa dipakai kembali hingga 40 kali sehingga mengurangi konsumsi biji plastik murni hingga 250 ribu ton per tahun.

"Kementerian LH mendorong industri air minum kemasan menerapkan sistem guna ulang yang sama pada botol plastik, seperti pada galon guna ulang," kata Hanif Faisol.

Sejumlah organisasi lingkungan menyambut positif seruan Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol. Mereka menilai, memakai galon guna ulang menjadi penerapan kebijakan yang lebih berkelanjutan, konkret, dan menyeluruh.

Juru Kampanye Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jakarta Muhammad Aminullah menjelaskan, kebijakan yang dimaksud termasuk menghentikan promosi galon sekali pakai yang sebelumnya sempat terjadi di lingkungan kementerian lingkungan hidup. 

Dia menegaskan bahwa penggunaan galon guna ulang sejalan dengan Peraturan Menteri KLHK Nomor 75 Tahun 2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen. Dia menekankan pentingnya konsistensi di seluruh jajaran Kementerian lingkungan hidup terkait hal tersebut.

"Walhi sangat mendukung penggunaan galon guna ulang sebagai solusi konkret untuk mengurangi timbulan sampah plastik," katanya.

Galon guna ulang berbahan PC aman digunakan berdasarkan standar keamanan pangan dan penelitian ilmiah. Selain praktis, penggunaannya mendukung keberlanjutan lingkungan dengan mengurangi limbah plastik dan jejak karbon, menjadikannya solusi ideal untuk kebutuhan air minum sehari-hari. (Z-1)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |