
INDONESIA harus fokus pada penyelesaian perbedaan dalam bakat digital dan infrastruktur sebagai fondasi utama untuk mencapai visi Emas Indonesia 2045. Pernyataan ini kemukakan Presiden Korika, yang mendukung inisiatif Kecerdasan Buatan (AI) di tingkat nasional. Dia berpendapat AI merupakan elemen kunci dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi secara signifikan.
“Apakah visi Indonesia 2045, di mana kita berharap dapat menjadi salah satu dari lima negara dengan perekonomian terbesar, benar-benar bisa tercapai? Tentu saja! Namun, ini hanya mungkin jika kita mengambil langkah cepat, bertindak secara satu kesatuan, dan bekerja dengan efisiensi,” kata Hammam Riza, Presiden Korika di JW Marriott, Jakarta, Selasa (8/7).
Target PDB, kata Hammam, akan sulit tercapai pada 2045 jika masih menggunakan pendekatan tradisional.
“AI perlu menjadi penggerak utama yang membawa perubahan di semua sektor penting, memindahkan kita dari ekonomi yang bergantung pada efisiensi ke ekonomi yang berfokus pada inovasi,” tambahnya.
Pengembang AI
Riza menekankan Indonesia harus beralih dari sekadar menjadi pengguna AI, menjadi pengembang AI yang proaktif. Potensi ekonomi AI sangat besar, dengan perkiraan mencapai US$366 miliar yang bisa dinikmati Indonesia tahun 2050.
Namun, pencapaian ini membutuhkan pengembangan kedaulatan digital yang meliputi pengaturan data, aspek keamanan nasional, dan pemberdayaan bakat lokal agar bisa bersaing di tingkat global.
Tantangan AI
Dalam konteks pembentukan AI nasional, ia menyoroti empat pilar tantangan utama yang dihasilkan dari strategi AI nasional yang diperkenalkan pada tahun 2020: kesenjangan bakat, infrastruktur dan akses, keamanan serta privasi data, dan aspek hukum dan etika.
“Sebagai contoh, mengenai bakat digital. Kita menargetkan untuk memiliki 9 juta tenaga ahli pada tahun 2030, sedangkan saat ini kita baru memiliki kurang dari 200. 000. Ini merupakan selisih yang sangat besar,” ujarnya. Untuk itu, Riza menggarisbawahi pentingnya strategi pengembangan yang inklusif guna menjawab kebutuhan pengembangan talenta AI di Indonesia.
Sebagai langkah nyata, Korika telah mendirikan pusat unggulan AI dan terus berupaya membangun ekosistem AI yang kuat. Fokus utama mereka adalah pada pengembangan bakat AI, pencipta AI, serta inovasi dan penelitian AI. Kolaborasi dengan berbagai pihak juga menjadi bagian penting dari pendekatan ini.
Ia juga menekankan pentingnya Peta Jalan AI Nasional 2030 yang baru, yang berupaya memperkuat kerjasama antara akademisi, bisnis, sektor industri, pemerintah, media, dan masyarakat sipil. Semua pihak diajak untuk berpartisipasi dalam membangun pusat unggulan AI di Indonesia, sambil menghadapi tantangan di bidang investasi, etika, kebijakan, pengelolaan, dan bakat. (Z-2)