Gubernur Lakalena Perlu Dorong Investasi Non Geothermal di Pulau Flores

3 hours ago 2
Gubernur Lakalena Perlu Dorong Investasi Non Geothermal di Pulau Flores Tokoh muda NTT Marianus Wilhelmus Lawe(MI/Alexander Taum)


GUBERNUR Nusa Tenggara Timur, Emanuel Melkiades Lakalena dan Wakil Gubernur Johni Asadoma perlu mempertimbangkan serius sikap Uskup Keuskupan Agung Ende, Mgr Paul Budi Kleden menolak rencana investasi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) geothermal di wilayah Keuskupan Agung Ende (KAE).

Tokoh muda NTT Marianus Wilhelmus Lawe, mengatakan, banyak potensi non geothermal di Pulau Flores yang bisa dikomunikasikan Pemerintah Provinsi NTT dengan pihak kementerian dan lembaga terkait untuk dikembangkan guna mendongkrak pendapatan asli daerah (PAD) di NTT, khususnya di Pulau Flores.

“Pulau Flores punya banyak potensi non geothermal sebagai solusi mendapatkan listrik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di sektor energi. Misalnya, energi matahari, arus dan gelombang laut serta energi  angin,” ujar Marianus Wilhelmus Lawe melalui keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (16/3).

Marianus mengusulkan agar Gubernur Lakalena dan Wakil Gubernur Johni Asadoma dengan jejaring dan relasi yang luas di berbagai kementerian dan lembaga, termasuk Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia serta PT PLN membicarakan dengan serius agar berbagai hasil riset terkait potensi sumber energi non geothermal seperti di atas dapat diberdayakan guna membantu masyarakat NTT, termasuk Flores sebagaimana disampaikan selama kampanye pilkada lalu.

“Gereja lokal di NTT khususnya di Pulau Flores hingga Lembata kita tahu punya pengalaman traumatik hadirnya investasi yang mengobrak abrik tanah masyarakat yang selalu dipahami sebagai ibu yang memberi kehidupan,” kata Marianus, Master Marine (S2) lulusan Universitas Trisakti, Jakarta.

Marianus, tokoh muda kelahiran Lamawolo, Ile Ape, Kabupaten Lembata, mencontohkan, Pulau Lembata juga pernah heboh dengan rencana investasi tambang di Puakoyong di wilayah timur Lembata atau di Nobobuto, Kecamatan Lebatukan. Rencana investasi itu, ternyata akan menyerobot lahan pertanian warga, yang menjadi sumber ekonomi masyarakat.

“Penolakan Keuskupan Agung Ende bisa dipahami dalam konteks tanah sebagai ibu bumi. Investasi geothermal sangat rakus air. Aspek tanah, hutan, dan lingkungan selalu menjadi momok yang menakutkan”, kata Marianus, kepala kamar mesin (chief engineer) yang puluhan tahun bekerja di perairan Uni Emirat Arab.

Marianus menambahkan, biasanya investor geothermal kerap abai memperhatikan aspek-aspek tersebut. Karena itu, ia mengusulkan agar investasi non geothermal seperti dapat dipertimbangkan serius untuk diberdayakan bagi masyarakat Ende dan Flores lainnya.

“Sekarang di Eropa bahkan di wilayah Asia khususnya di Taiwan sedang pemerintah setempat sedang getol membangun teknologi wind farm. Flores itu area ring fire sehingga perlu dijaga dan tak dimasuki investasi geothermal untuk menjaga keseimbangan kehidupan bagi generasinya. Potensi non geothermal mesti jadi opsi pemerintah karena ramah lingkungan,” ujar Marianus, yang kini tengah bekerja di Thailand. (E-2).

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |