
Direktur Eksekutif Center for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri berpandangan Indonesia dihantui resesi karena pertumbuhan ekonomi yang mengkhawatirkan. Pada triwulan I 2025, pertumbuhan ekonomi nasional hanya 4,87%. Itu menjadi yang terendah sejak triwulan III 2021.
Yose menuturkan perlambatan ini terjadi bahkan sebelum gejolak eksternal di tingkat global. Pada triwulan I 2025 seharusnya pertumbuhan ekonomi mendapat mendapat dorongan dari momentum Ramadan dan Lebaran. Namun, kenyataannya pelemahan ekonomi masih terjadi.
"Ada peluang ke arah sana (resesi). Kelihatannya ke depan ekonomi masih agak lebih mengkhawatirkan lagi," kata Yose di Jakarta, Selasa (6/5).
Dia menjelaskan sebagian besar penerimaan negara masih sangat bergantung pada ekspor komoditas. Sementara, kinerja ekspor sangat dipengaruhi oleh kondisi global. Dengan adanya pelemahan ekonomi global yang menyebabkan turunnya harga-harga komoditas, pendapatan negara pun ikut tergerus. Kondisi ini secara langsung berdampak pada pelemahan pertumbuhan ekonomi. Di satu sisi, kondisi ekonomi dalam negeri pun tidak terlalu menjanjikan. Sehingga, tidak menutup kemungkinan situasinya akan semakin berat di masa mendatang.
“Jadi, memang kita perlu pegangan lebih erat lagi, lebih keras lagi. Permasalahannya di ekonomi kita itu tidak kelihatan menjanjikan," imbuhnya.
Ia mengungkapkan, ketika krisis global terjadi pada 2008 atau 2012, Indonesia sempat dijuluki sebagai komodo dragon economy, karena ekonomi Indonesia dinilai tahan guncangan dan kokoh layaknya kulit komodo yang tebal. Namun, kondisi saat ini tampaknya berbeda.
"Permasalahan yang kita hadapi kini tidak hanya menyangkut perlambatan pertumbuhan ekonomi, tetapi juga tekanan di sektor fiskal," jelas Yose.
Dari sisi moneter, dia menyampaikan, meskipun nilai dolar AS secara global cenderung melemah, rupiah justru terus mengalami depresiasi. Risiko yang dihadapi pun dikhawatirkan semakin tinggi, apalagi dengan kondisi global yang semakin hari semakin tidak menentu. Oleh karena itu, menurut Yose, pemerintah perlu waspada dan bersiap diri. Katanya, pemerintah jangan hanya merasa nyaman karena menganggap Indonesia masih lebih baik dibandingkan beberapa negara lain.
"Jangan hanya melihat bahwa kita tetap berada di atas negara-negara lain. Tetapi, pemerintah harus lebih bersiap diri menghadapi kondisi yang semakin tidak menentu ke depan," pungkasnya. (E-3)