
NAMA Kardinal Angelo Scola kembali mencuat menjelang kemungkinan konklaf baru. Meskipun telah melewati usia 80 tahun yang membuatnya kehilangan hak suara, secara teknis Scola masih bisa dipilih sebagai Paus. Mantan Uskup Agung Milan ini pernah menjadi kandidat kuat dalam konklaf 2013 sebelum Jorge Mario Bergoglio ditunjuk sebagai Paus Fransiskus.
Kembalinya perhatian terhadap Scola berhubungan dengan peluncuran buku terbarunya yang membahas tentang usia lanjut dan makna kematian. Buku ini menarik perhatian karena menyertakan kata pengantar yang ditulis langsung oleh Paus Fransiskus, tak lama sebelum beliau dirawat di rumah sakit.
Dalam pengantar tersebut, Paus mengekspresikan bahwa “kematian bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal dari sesuatu yang baru,” sebuah pernyataan yang mendorong refleksi mendalam di kalangan umat Katolik.
Scola dikenal sebagai tokoh intelektual di dalam Gereja Katolik, dengan latar belakang kuat dalam filsafat dan teologi. Sebelum menjabat sebagai Uskup Agung Milan, ia merupakan Patriark Venesia, dua posisi penting yang sering dianggap sebagai jalur menuju kepausan. Reputasinya sebagai pemimpin konservatif moderat menjadikannya sosok yang dihormati baik di Italia maupun di Vatikan.
Walaupun Scola tidak lagi aktif secara struktural di hierarki Vatikan, publikasi bukunya dan keterlibatan langsung. Paus Fransiskus telah membuka kembali ruang diskusi tentang perannya dalam kehidupan Gereja saat ini. Berbagai media internasional, termasuk America Magazine, Vatican News, dan The Catholic Weekly Australia, menyoroti bagaimana pesan dalam bukunya mencerminkan hubungan pribadi yang mendalam antara Paus dan Scola.
Namun, tidak semua pihak melihat fokus Scola pada usia lanjut sebagai nilai tambah dalam konteks konklaf. Di tengah tantangan global yang dihadapi Gereja Katolik termasuk isu reformasi, krisis kepercayaan, dan digitalisasi banyak yang berpendapat bahwa sosok Paus yang lebih muda dan memiliki energi baru lebih dibutuhkan.
Meski peluang Scola untuk menjadi Paus sangat kecil karena usianya, kemunculan namanya kembali menunjukkan bahwa pengalaman dan pemikirannya masih relevan. Ia tetap dipandang sebagai suara moral yang kuat, terutama dalam hal perbincangan mengenai kehidupan, kematian, dan harapan spiritual.
Dengan kondisi kesehatan Paus Fransiskus yang terus dipantau, perhatian terhadap tokoh-tokoh senior seperti Scola semakin menegaskan bahwa Gereja saat ini berada di ambang transisi penting. (BBC, The Catholic Weekly/Z-10)