Ivaxcon 2025 Digelar, Dorong Pemerataan Imunisasi Internasional

4 hours ago 2
Ivaxcon 2025 Digelar, Dorong Pemerataan Imunisasi Internasional Ivaxcon 2025(MI/HO)

PERHELATAN perdana rangkaian Indonesian Vaccine Convention (Ivaxcon) sukses digelar pada 26-27 April 2025 di Jakarta.

Di hari kedua pelaksanaan konvensi yang diadakan oleh PT. Merck Sharp & Dohme Indonesia (MSD Indonesia) itu, lebih dari 1.000 tenaga kesehatan dari berbagai wilayah di Indonesia terlibat bersama puluhan pakar kesehatan, dalam upaya meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan sebagai garda terdepan dalam upaya pemerataan vaksinasi di Indonesia. 

Kegiatan ini merupakan wujud komitmen berkelanjutan MSD Indonesia dalam mendukung percepatan dan perluasan cakupan vaksinasi nasional.

Hari kedua Ivaxcon dibuka dengan sambutan dari Direktur Imunisasi Kementerian Kesehatan Prima Yosephine dan Managing Director MSD Indonesia, George Stylianou. 

Kegiatan ini juga menghadirkan sejumlah pakar kesehatan terkemuka sebagai panelis dalam sesi diskusi, diantaranya Ketua Komite Penasehat Ahli Imunisasi Nasional (Itagi), Prof Sri Rezeki Hadinegoro; Ketua Satuan Tugas (Satgas) Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Prof Hartono Gunardi; dan Ketua Satuan Tugas (Satgas) Imunisasi Dewasa PAPDI, Sukamto Koesnoe.

Dalam sambutannya, Prima menekankan pentingnya memperkuat kolaborasi dan sinergi untuk menghadapi tantangan imunisasi. 

"Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) pada 2024 adalah 87,3% dan antigen baru seperti PCV dan RV adalah 86,6%. Cakupan ini masih di bawah target untuk terbentuknya herd immunity. Banyak faktor yang mempengaruhi, seperti kurangnya tingkat pengetahuan masyarakat tentang pentingnya imunisasi dan adanya hoaks atau misinformasi yang menjadikan masih banyaknya wilayah di Indonesia dengan cakupan imunisasi dasar lengkap yang rendah," ujar Prima. 

"Untuk itu, dalam rangka memperingati Pekan Imunisasi Dunia (PID) 2025, saya mengajak kita semua untuk bersama-sama bergandengan tangan, memperkuat sinergi dan kolaborasi, untuk mensukseskan program imunisasi." 

"Salah satu cara paling sederhana bagi kita sebagai tenaga kesehatan adalah dengan selalu menanyakan status imunisasi bayi atau anak dalam setiap kesempatan, bukan hanya saat akan mendapatkan imunisasi. Dengan cara ini, kita dapat melindungi generasi bangsa, karena anak-anak yang tumbuh sehat hari ini merupakan pondasi bagi lahirnya generasi pemimpin yang tangguh di masa mendatang,” lanjutnya.

Senada dengan hal itu, Managing Director MSD Indonesia, George Stylianou menyampaikan, "Di era digital yang penuh tantangan informasi, Ivaxcon bukan sekadar forum ilmiah, melainkan gerakan kolektif berbasis ilmu sains yang mempertemukan para ahli dan tenaga kesehatan untuk memperkuat ekosistem imunisasi nasional. Di MSD, kami percaya bahwa sangat penting untuk tenaga kesehatan memiliki bekal ilmu pengetahuan terkini dan pemahaman mendalam untuk menjadi agen perubahan yang mampu menghubungkan masyarakat dengan pengetahuan serta layanan kesehatan." 

"Apa yang kita inisiasi di Ivaxcon 2025 adalah salah satu wujud komitmen MSD untuk mendukung para tenaga kesehatan untuk mendapatkan akses terhadap pembaharuan terkini terkait pengetahuan kesehatan terutamanya imunisasi. Besar harapan kami, acara Ivaxcon ini dapat menjadi pondasi penting bagi transformasi kesehatan jangka panjang dalam lanskap vaksinasi Indonesia,” tambahnya.

Guna memperkuat kapasitas tenaga kesehatan dalam mendukung perluasan cakupan vaksinasi, Ivaxcon hari kedua menghadirkan tiga sesi diskusi utama yang dirancang untuk membahas perjalanan vaksinasi secara menyeluruh, dimulai dari pemahaman sejarah dan dampak vaksinasi, pembaruan rekomendasi imunisasi anak dan remaja, hingga pentingnya vaksinasi untuk kalangan dewasa dan lansia. 

Dalam sesi bertajuk “Evolusi Vaksinasi: Bagaimana Sains Mengubah Perjalanan Kemanusiaan”, Ketua Komite Penasehat Ahli Imunisasi Nasional (Itagi), Prof Sri Rezeki Hadinegoro menekankan dampak nyata vaksin terhadap kualitas hidup generasi bangsa. 

“Indonesia berhasil menurunkan angka kematian bayi dari 68 per 1.000 kelahiran hidup pada 1991 menjadi 21 per 1.000 pada 2020, dan program imunisasi nasional memainkan peran besar dalam pencapaian ini. Namun, tantangan kita masih besar dan pekerjaan kita belum selesai. Tugas kita bersama adalah memastikan setiap anak di pelosok negeri ini mendapatkan hak yang sama atas imunisasi, agar mereka dapat tumbuh menjadi generasi yang lebih sehat dan tangguh,” tegas Prof. Sri.

Imunisasi pada anak dan remaja merupakan langkah strategis untuk melindungi mereka dari penyakit infeksius yang dapat dicegah. 

Ketua Satuan Tugas (Satgas) Imunisasi IDAI) Prof Hartono Gunardi, menegaskan bahwa imunisasi bukan hanya hak setiap anak untuk mendapatkan perlindungan dari penyakit berbahaya, serta kewajiban orangtua untuk memberikan akses kepada anak-anak mereka, tetapi imunisasi juga merupakan investasi jangka panjang bagi kesehatan anak dan masyarakat secara luas. 

“Imunisasi dapat melindungi anak dari penyakit yang bisa dicegah dan juga komplikasi serius yang ditimbulkan dari penyakit tersebut. Pentingnya edukasi kepada masyarakat melalui tenaga kesehatan, bahwa penanganan penyakit setelah terjadinya komplikasi akan jauh lebih sulit, sehingga penting bagi orang tua untuk tidak ragu memberikan imunisasi pada anak sesuai anjuran,” jelasnya.

Seiring dengan kondisi yang terus berubah, Satgas Imunisasi IDAI secara berkala terus memperbarui rekomendasi imunisasi sesuai perkembangan ilmu kedokteran. 

“Saat ini ada 15 jenis vaksin yang direkomendasikan untuk diberikan sesuai tahapan usia anak, termasuk PCV untuk mencegah pneumonia, MMRV untuk penyakit akibat virus campak, gondongan, rubella, dan cacar air, Rotavirus untuk melindungi anak dari infeksi rotavirus yang menyebabkan diare berat, serta HPV untuk mencegah kanker serviks.  Karenanya, penting bagi tenaga kesehatan maupun orang tua untuk dapat terus mengikuti pembaruan informasi terkait jadwal imunisasi, agar setiap anak memperoleh perlindungan yang optimal,” tegas Prof Hartono.

Di hari kedua penyelenggaraannya, diskusi Ivaxcon juga menyoroti pentingnya vaksinasi bagi kelompok dewasa dan lansia, sebagai segmen populasi yang kerap terabaikan dalam wacana imunisasi. 

Ketua Satuan Tugas (Satgas) Imunisasi Dewasa PAPDI, Sukamto Koesnoe menuturkan, "Data demografis menunjukkan bahwa Indonesia akan menghadapi aging population pada 2035, dengan proyeksi jumlah penduduk lansia mencapai 48,2 juta jiwa atau sekitar 15,77% dari total populasi.  Namun banyak orang dewasa dan lansia yang tidak lagi terproteksi oleh vaksin yang diterima pada usia anak, bahkan ada pula yang belum mendapatkan imunisasi lengkap ketika usia anak. Padahal kalangan ini rentan terhadap berbagai ancaman penyakit berbahaya."

Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023, kelompok usia 65–74 tahun memiliki prevalensi pneumonia tertinggi kedua setelah bayi di bawah usia satu tahun, yakni sebesar 0,86%.  

Risiko yang meningkat seiring bertambahnya usia, ditambah penurunan imunitas, membuat lansia rentan mengalami komplikasi serius.  Untuk memberikan perlindungan yang optimal, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan vaksin pneumokokus bagi orang dewasa berusia 50 tahun ke atas. 

“Sudah saatnya kita mengubah paradigma bahwa vaksinasi hanya dibutuhkan pada masa kanak-kanak. Perlindungan melalui vaksinasi perlu menjadi prioritas juga bagi populasi berisiko tinggi, seperti lansia, individu dengan penyakit kronis, dan individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.  Kesadaran ini harus dibangun sejak dini, termasuk di kalangan tenaga kesehatan, agar para tenaga kesehatan dapat berperan aktif dalam memberikan edukasi dan mendorong pencegahan sebelum terjadi kondisi yang memburuk dari komplikasi serius,” ungkap Sukamto. (Z-1)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |