
PROSES rehabilitasi hutan di Suaka Margasatwa Paliyan perlu direplikasi wilayah lain. Kawasan itu sempat gundul akibat penebangan ilegal.
Kawasan ini kemudian mulai direstorasi melalui Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GRHL) dan dilanjutkan oleh PT Mitsui Sumitomo Insurance Group dan UGM dengan tanaman MPTS (Multipurpose Tree Species) dan tanaman native karst.
Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni didampingi oleh Sekjen Kemenhut Mahfudz, Dirjen PDASRH Dyah Murtiningsih mengunjungi kawasan itu. Ia mengatakan keberhasilan restorasi dan rehabilitasi ini perlu direplikasi. Terutama terkait keterlibatan masyarakat dalam melakukan rehabilitasi hutan.
"Ini menurut saya pola kerja sama yang harus diapresiasi, tapi saat bersamaan juga harus direplikasi, keberhasilannya sudah terlihat. Harus ada satu riset yang mendokumentasikan dengan baik apa yang terjadi. Termasuk tadi yang luar biasa partisipasi masyarakat," ujarnya, melalui keterangan resmi, Selasa (6/5).
Dia mengatakan keterlibatan masyarakat menjadi hal yang penting selain pendanaan dan penjagaan hutan. Menurutnya, jika masyarakat tidak dilibatkan maka hutan sulit untuk terjaga kelesatariannya.
"Karena bagaimanapun, sekuat apapun pendanaan, penjagaan, kalau masyarakatnya tidak dilibatkan, masyarakat tidak menjadi bagian dari proses itu, apalagi dianak tirikan dari proses itu, pasti kejadian di tempat-tempat lain yang hutannya tidak lestari," ujar Raja Antoni.
Dia mengaku masih belum bisa komprehensif dengan apa yang harus dilakukan untuk mereplikasi keberhasilan kawasan itu ke tempat lain. Kesimpulan sementara, kata dia, selain harus ada intervensi pendanaan juga butuh pelibatan masyarakat untuk melakukannya.
Ia menyebut, perlu adanya riset mendalam terkait keberhasilan rehabilitasi hutan ini. Menurutnya, kerja sama dan kolaborasi dengan seluruh pihak diperlukan, sehingga nantinya masyarakat dapat langsung mendapatkan manfaat dari hutan.
"Ini kan harus direkam menjadi memori kolektif masyarakat supaya mendapatkan langsung manfaat dari hutan yang dijaga secara bersama-sama," tuturnya.
Dengan restorasi di kawasan Suaka Margasatwa Paliyan membuahkan hasil berupa keanekaragaman hayati meliputi lima jenis mamalia, 13 jenis herpetofauna, 19 jenis capung dan 65 jenis kupu-kupu, 41 jenis burung dengan lima di antaranya merupakan satwa yang dilindungi.
Suaka Margastwa Paliyan sendiri telah menjadi konservasi sejak 29 Juni 2000, kawasan dengan luas 434,60 Ha ini diketahui tercakup dalam ekpsistem karst Gunung Sewu. (Cah/P-3)