
SEBUAH gumpalan besar air berwarna naik ke permukaan Samudra Pasifik dari gunung berapi Kavachi. Gumpalan air itu dikenal sebagai sebagai "sharkcano," selama letusan bawah laut.
Kavachi adalah gunung berapi bawah laut yang merupakan bagian dari Kepulauan Solomon, sekitar 24 kilometer di selatan Pulau Vangunu. Puncaknya menjulang sekitar 1.100 meter di atas dasar laut dan hanya berada 20 meter di bawah permukaan air. Gunung berapi ini dinamai sesuai dewa laut masyarakat Vangunu dan juga dikenal sebagai "Rejo te Kvachi" atau "Kavachi’s Oven," menurut NASA Earth Observatory.
Pada 2015, ekspedisi penelitian menemukan beberapa hiu martil berlekuk (Sphyrna lewini) dan hiu sutra (Carcharhinus falciformis) yang hidup di dalam kawah pusat gunung berapi ini. Kehadiran predator laut di lingkungan ekstrem seperti ini mengejutkan para ilmuwan dan menimbulkan "pertanyaan baru tentang ekologi gunung berapi bawah laut aktif serta bagaimana hewan laut besar bertahan hidup dalam kondisi ekstrem," tulis para peneliti.
Tidak diketahui apakah hiu-hiu di Kavachi terluka akibat letusan yang memicu gumpalan dalam gambar tersebut atau apakah mereka dapat merasakan tanda-tanda letusan yang akan datang dan mengungsi dari kawah.
Gambar ini pertama kali dirilis pada Mei 2022 oleh NASA Goddard di platform media sosial X dengan keterangan: "Kalian sudah pernah dengar tentang sharknado, sekarang bersiaplah untuk sharkcano."
Gumpalan dalam foto tersebut merupakan bagian dari letusan yang dimulai pada Oktober 2021 dan berlangsung hanya beberapa minggu setelah gambar udara diambil. Gumpalan serupa muncul selama letusan berikutnya pada Agustus 2023 dan April 2024, menurut Global Volcanism Program di Smithsonian's National Museum of Natural History.
Sebelumnya, letusan besar terbaru gunung berapi ini terjadi pada 2016, 2014, 2007, dan 2003. Di masa lalu, para peneliti juga melihat pulau-pulau sementara dengan lebar hingga 1 kilometer yang muncul akibat letusan sebelum akhirnya tenggelam kembali. Fenomena serupa baru-baru ini terjadi ketika sebuah gunung berapi bawah laut di Jepang meletus tahun 2023, menciptakan daratan yang akhirnya menghilang.
Letusan Plinian
Kavachi mengalami "letusan freatomagmatik," yang terjadi ketika magma bertemu dengan air dan memuntahkan uap, abu, fragmen batuan vulkanik, serta bongkahan magma bercahaya yang dikenal sebagai "bom pijar," menurut NASA Earth Observatory.
Sebuah studi yang dilakukan setelah letusan tahun 2007 menemukan bahwa gumpalan vulkanik Kavachi terdiri dari air hangat dan asam yang juga mengandung partikel serta sulfur, yang "menarik komunitas mikroba yang berkembang dengan bahan kimia tersebut," tulis para peneliti.
Gunung berapi ini juga dapat menyemburkan air panas tanpa gumpalan yang terlihat atau tanda-tanda letusan lainnya.
Penduduk pulau-pulau di sekitarnya sering melaporkan bahwa mereka secara rutin melihat uap dan abu di permukaan laut di antara letusan, yang semakin mengonfirmasi "sharkcano" terus bergejolak di bawah permukaan laut. (Live Science/Z-2)