
UNTUK mempercepat transformasi pertanian nasional dan mengurangi impor pangan, Wakil Menteri Pertanian Sudaryono mengunjungi Wageningen University and Research (WUR) di Belanda, salah satu institusi riset pertanian terbaik dunia, pada Kamis (1/5). Kunjungan tersebut bertujuan memperkuat kolaborasi di bidang riset dan teknologi pertanian dan mencari solusi terhadap tantangan pangan di Tanah Air.
"Lewat kunjungan tersebut kami mencari solusi atas berbagai tantangan pangan dan pertanian di Indonesia," ujar Wamentan dalam keterangan resmi, Minggu (4/5).
Wamentan menegaskan kunjungan ini untuk mengeksplorasi dan mengadopsi teknologi pertanian mutakhir yang relevan bagi kondisi Indonesia. Dengan begitu, dapat meningkatkan produktivitas, dan mengurangi ketergantungan impor.
"Kita mencari solusi teknologi terbaik, mana yang bisa kita adopsi. Hal ini untuk meningkatkan produktivitas pertanian nasional supaya kita tidak impor," imbuhnya.
Sudaryono turut menyoroti persoalan krusial terkait rendahnya produktivitas kedelai, komoditas strategis yang hingga kini masih sangat bergantung pada impor. Dia menegaskan Indonesia membutuhkan teknologi baru untuk membantu petani memproduksi kedelai secara lebih efisien dan kompetitif.
“Indonesia tidak bisa terus-menerus bergantung pada kedelai impor. Diperlukan terobosan teknologi untuk membantu para petani," ucapnya.
Wageningen University dikenal luas karena kepemimpinannya dalam bidang agroteknologi, bioteknologi, dan riset pertanian tropis. Indonesia berharap dapat memanfaatkan keunggulan tersebut untuk mempercepat pencapaian target swasembada pangan sekaligus membangun ekosistem pertanian modern yang berbasis sains dan teknologi.
Dalam kunjungan ke kampus tersebut, Wamentan juga membahas potensi kerja sama seperti pengembangan varietas kedelai unggul yang adaptif terhadap iklim tropis, pemanfaatan sistem pertanian presisi (precision farming) berbasis data dan kecerdasan buatan. Kemudian, model pertanian berkelanjutan untuk meningkatkan efisiensi input dan hasil panen, serta pertukaran peneliti dan pelatihan teknis bagi petani serta akademisi Indonesia.
"Kolaborasi ini bukan hanya soal teknologi, tapi juga soal memperkuat sistem riset, inovasi, dan pendidikan pertanian di Tanah Air," imbuh Wamentan. (E-4)