
BEBAN Forestry and Other Land Use (FOLU) atau sektor kehutanan dan pengunaan lahan lain dalam menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) disebut sangat berat. FOLU diproyeksikan akan berkontribusi hampir 60% dari total target penurunan emisi GRK.
"Atas kontribusi yang signifikan tersebut, maka upaya penanganan dan pengendalian emisi GRK di sektor kehutanan menjadi hal yang sangat penting bagi Indonesia; dan bagi upaya pengendalian perubahan iklim dalam skala global," kata Sekretaris Jenderal Kementerian Kehutanan, Mahfudz dalam Journalist Workshop on Indonesia’s Folu Net Sink 2030 di Jakarta, Jumat (16/5).
FOLU Net Sink 2030 merupakan sebuah kondisi yang ingin dicapai, melalui penurunan emisi GRK dari sektor kehutanan dan penggunaan lahan, dengan kondisi yang mana tingkat serapan karbon menjadi sama atau lebih tinggi dari tingkat emisi.
Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 dituangkan dalam Rencana Operasional yang rinci, dan menjadi pijakan bagi implementasi langkah penurunan emisi GRK; yang selanjutnya ditetapkan menjadi pedoman kerja atau manual yang sistematis dalam penanganan setiap kegiatan unsur forest and land use.
Kemenhut mencatat luas kawasan hutan Indonesia mencapai 125,7 juta hektar, atau sekitar 63% dari luas daratan Negara Indonesia. Oleh karena itu, sektor FOLU, memiliki peranan yang penting dalam usaha pencapaian target Net Zero Emission (NZE) nasional.
Upaya signifikan mengurangi emisi sektor FOLU, dan mengubahnya menjadi net sink pada tahun 2030, ujar Mahfudz, bergantung pada keberhasilan berbagai upaya seperti pengurangan emisi dari deforestasi, pengurangan emisi dari dekomposisi gambut dan kebakaran gambut, peningkatan kapasitas hutan alam dalam menyerap karbon.
"Kemudian peningkatan kapasitas suksesi hutan alam, penerapan praktik-praktik pengelolaan hutan lestari, restorasi dan perbaikan tata air gambut," sebutnya.
Upaya lainnya, sambung Mahfudz, antara lain restorasi dan rehabilitasi hutan (penanaman pengayaan untuk meningkatkan serapan karbon), optimalisasi pemanfaatan lahan yang tidak produktif, peningkatan produktivitas lahan dan indeks penanaman, serta praktik-praktik teknik pengolahan tanah dalam budidaya pertanian. Pencegahan konversi lahan pertanian menjadi non-pertanian, pengurangan kehilangan hasil pertanian dan limbah makanan (food loss and food waste).
Ia mengatakan Indonesia merancang bahwa sektor FOLU akan mampu mencapai kondisi net sink mulai tahun 2030. Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 dibangun dengan basis spasial, dan dengan penentuan lokus upaya aksi mitigasi penurunan emisi GRK sektor kehutanan dan lahan. (H-4)