5 Fakta dari Kasus Keracunan MBG di Bogor

6 hours ago 1
5 Fakta dari Kasus Keracunan MBG di Bogor ilustrasi(Antara Foto)

KASUS keracunan diduga akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG) terjadi di Kota Bogor,  Jawa Barat. Ratusan siswa diduga keracunan akibat menyantap MBG berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pemerintah kota Bogor. Berikut 5  fakta dari kasus keracunan di Bogor yang dirangkum Media Indonesia.

1. Badan Gizi Nasional Tegur SPPG

Badan Gizi Nasional (BGN) melakukan uji laboratorium atas kasus ratusan pelajar di Bogor, Jawa Barat yang disebabkan karena menu Makan Bergizi Gratis (MBG). 

Deputi Bidang Sistem dan Tata Kelola Badan Gizi Nasional, Tigor Pangaribuan mengatakan, timnya langsung mengambil tindakan untuk mengetahui penyebabnya dengan melakukan uji lab mulai dari bahan serta makanan yang dimasak. Pihaknya telah menegur dan memperingatkan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang bertanggung jawab dalam pengelolaan makanan tersebut.

2. Jumlah Korban Hingga 210 Orang

Berdasarkan keterangan Dinas Kesehatan Kota Bogor, tercatat hingga 9 Mei 2025 total korban mencapai 210 orang yang tersebar di delapan sekolah. Korban yang masih dirawat di rumah sakit yakni berjumlah 34 orang, sedangkan korban rawat jalan 47 orang dan 129 mengalami gejala ringan.

3.  Asuransi bagi Korban

BGN menegaskan tetap akan bertanggung jawab dalam penanganan medis dan pembiayaan perawatan para korban. 

"Kemudian yang kedua, yang menjadi korban, diberikan asuransi untuk membayar biaya kesehatannya. Kita bekerja sama dengan Puskesmas dengan menanggung seluruh biaya pengobatan itu oleh BGN," ujar Tigor

Sementara itu, Pemerintah Kota Bogor melalui Wakil Wali Kota Bogor Jenal Mutakin menegaskan biaya pengobatan korban keracunan  MBG ditanggung oleh pemda. Adapun siswa yang belum menjadi anggota Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan ataupun asuransi, akan dibiayai Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda).

"Soal biaya, bagi yang tidak memiliki asuransi atau BPJS, insyaallah Pemkot yang cover, bisa melalui Jamkesda, UAC atau BPJS juga bisa kita daftarkan

4.  Setop Supplier

BGN mengancam akan menyetop pemasok bahan makanan tersebut apabila ditemukan ketidaksegaran atau kejanggalan lainnya.

"Penjamah makanannya yang dia kurang waspada dalam membeli bahan makanan. Membeli bahan makanan kan itu dengan supplier ya. Nah dia harus cek supplier itu dari mana dia dapatnya," jelas Tigor.

"Kalau sumbernya itu dari bahan makanan, jadi bahan makanannya harus kita cek dari mana asal suppliernya. Begitu kita tahu suppliernya maka kita akan berikan teguran ke supplier tersebut. Kalau dia tidak ada perbaikan kita stop supplier tersebut," sambungnya.

5. Bakteri E.Coli dan Samonella pada Menu

Keracunan diduga karena adanya temuan bakteri E.coli dan Salmonella pada menu makanan yang dikonsumsi oleh para korban. Hal itu diketahui dari hasil uji laboratorium  pada sisa makanan MBG. Demikian disampaikan Wali Kota Bogor Dedie A. Rachim. 

"Hasil pemeriksaan dari Labkesda Kota Bogor, terkait beberapa sampel pemeriksaan. Sisa makanan yang pada saat kejadian terjadinya keracunan itu masih tersisa," kata dia.

Makanan yang diperiksa di laboratorium, terang dia, yakni nasi, telur ceplok, tahu serta toge tumis. Dedie mengatakan  hasil laboratorium menunjukkan beberapa bahan tersebut mengandung bakteri E.coli dan Samonella. Dugaan kuat, sambung Dedie, mengarah pada telur ceplok berbumbu yang dimasak pada malam hari kemudian baru didistribusikan keesokan harinya. Selain itu, ditemukan juga bakteri Samonela pada tauge.

"Intinya bakteri ini datang dari ceplok telur yang dikasih bumbu barbeque. Ada tumis tahu dan toge, yang terindikasi mengandung Samonella," ucap Dedie. (H-4)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |