3 Dampak Polusi Udara pada Tumbuh Kembang Anak, tak Hanya Memicu Batuk

1 week ago 15
3 Dampak Polusi Udara pada Tumbuh Kembang Anak, tak Hanya Memicu Batuk Polusi udara juga dapat berdampak buruk pada berbagai organ tubuh, termasuk otak pada anak.(Dok. Thinkstock)

POLUSI udara adalah masalah kesehatan yang lebih serius daripada yang banyak disadari. Selain menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan, polusi udara juga dapat berdampak buruk pada berbagai organ tubuh, termasuk otak dan sistem saraf, khususnya pada anak-anak.

Polutan yang terhirup pertama kali masuk ke saluran pernapasan, di mana tubuh sudah dilengkapi dengan pelindung alami berupa sel mukosiliar yang berfungsi menyaring partikel berbahaya.

Namun, saat kadar polusi berada pada tingkat tinggi atau ketika pelindung alami ini rusak, partikel-partikel halus dapat menembus lebih dalam ke dalam paru-paru. Partikel dengan ukuran sangat kecil seperti PM2.5 bahkan dapat masuk ke dalam aliran darah dan menyebar ke seluruh tubuh.

Di dalam tubuh, partikel polusi ini dapat memicu terbentuknya radikal bebas, yang pada gilirannya dapat menyebabkan peradangan, stres oksidatif, dan kerusakan sel. Akibatnya, sistem kekebalan tubuh melemah, dan tubuh menjadi lebih rentan terhadap infeksi saluran pernapasan, baik dari virus maupun bakteri.

Paparan polusi udara dalam jangka panjang dapat menimbulkan peradangan sistemik yang berdampak pada berbagai organ tubuh. Gangguan kesehatan yang mungkin muncul antara lain penyumbatan pembuluh darah, peningkatan risiko stroke, penyakit jantung, hingga kanker. Pada paru-paru, polusi juga dapat memicu alergi, asma, dan penyakit pernapasan kronis.

Dampak polusi udara semakin terasa pada anak-anak, mengingat tubuh mereka yang masih dalam masa pertumbuhan lebih rentan terhadap bahaya ini. Polusi udara tidak hanya berdampak pada sistem pernapasan, tetapi juga pada organ-organ vital lainnya, termasuk otak dan sistem saraf. Berikut adalah beberapa dampak polusi udara pada anak yang perlu diwaspadai:

1. Gangguan Sel Saraf Anak

Partikel halus seperti PM2.5 dan PM10 memiliki ukuran yang sangat kecil sehingga dapat masuk ke aliran darah dan menembus otak. Ini berisiko menyebabkan peradangan dan stres oksidatif pada sel-sel saraf, yang dapat berujung pada gangguan neurologis. Kondisi ini juga dapat menyebabkan masalah serius pada perkembangan anak, termasuk gangguan spektrum autisme (ASD) dan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).

Paparan polusi udara pada ibu hamil, terutama di trimester akhir kehamilan, juga dapat meningkatkan risiko gangguan perkembangan janin. Menurut seorang dokter spesialis anak dengan subspesialisasi pulmonologi respirologi, Cynthia Centauri, ada bukti yang menghubungkan paparan polutan PM2.5 dan PM10 dengan peningkatan risiko gangguan perkembangan saraf seperti autisme dan ADHD pada anak-anak.

“Ada hubungan signifikan antara paparan polutan seperti PM2.5 dan PM10 dengan peningkatan risiko autisme, ADHD, dan gangguan hiperaktif lainnya. Namun, penting untuk diingat bahwa autisme dan ADHD bersifat multifaktor, dan salah satu faktor pencetus yang ditemukan dalam penelitian ini adalah paparan polusi udara itu sendiri,” ujar Cynthia.

2. Dampak Pada Pertumbuhan Tinggi Badan Anak

Polusi udara juga dapat memengaruhi pertumbuhan fisik anak, khususnya tinggi badan. Anak yang terpapar asap rokok dari ibu, baik selama masa kehamilan maupun setelah kelahiran, berisiko memiliki tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan dengan anak yang tidak terpapar. Penelitian menunjukkan bahwa paparan asap rokok di rumah selama lebih dari satu jam per hari dapat mengurangi tinggi badan anak sekitar 4 cm dibandingkan dengan anak yang tidak terpapar. Semakin lama anak menghirup asap rokok, semakin besar pula risiko gangguan pada tumbuh kembang fisiknya.

3. Obesitas dan Gangguan Kesehatan Lainnya pada Anak

Polusi udara yang berasal dari lalu lintas kendaraan dan aktivitas industri berhubungan dengan peningkatan risiko obesitas pada anak-anak. Selain itu, polusi udara juga dapat berdampak negatif pada sistem saraf anak. Cynthia menjelaskan bahwa anak-anak yang tinggal di dekat jalan raya atau kawasan industri lebih rentan terhadap masalah kesehatan, termasuk asma yang lebih sering kambuh.

“Anak-anak yang tinggal di area dengan tingkat polusi tinggi, seperti dekat jalan raya, sering kali mengalami gangguan kesehatan, seperti asma yang kambuh lebih sering. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesehatan fisik mereka, tetapi juga dapat mengganggu proses belajar mereka. Anak yang sering absen karena sakit berisiko mengalami penurunan performa akademik,” tambah Cynthia.

Meskipun tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh banyak faktor, polusi udara dan asap rokok tetap merupakan ancaman nyata yang harus diwaspadai. Oleh karena itu, sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat untuk anak-anak agar mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal, terhindar dari dampak buruk polusi udara yang bisa memengaruhi kesehatan mereka dalam jangka panjang. (Z-10)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |