
TANK-tank Israel pada Senin (21/7) memasuki kawasan Deir al-Balah di Gaza tengah, wilayah yang sebelumnya belum pernah dijangkau operasi darat selama 21 bulan perang. Serangan ini didahului gempuran udara dan artileri sepanjang malam.
Radio Angkatan Darat Israel melaporkan Brigade Golani memimpin manuver darat ini, yang diperkirakan berlangsung beberapa pekan. Sebelumnya, militer Israel menjatuhkan ribuan selebaran memerintahkan warga sipil untuk mengosongkan area seluas hampir 6 kilometer persegi.
Juru bicara IDF menyatakan operasi ini bertujuan “menghancurkan infrastruktur teroris” dan memperluas area operasi ke wilayah baru. Namun, media Israel sebelumnya menyebut militer enggan masuk ke Deir al-Balah karena khawatir membahayakan sandera yang mungkin ditahan di sana.
Khawatir Nasib Sandera
Forum Keluarga Sandera menyatakan keprihatinan atas serangan ini dan meminta pemerintah menjelaskan langkah-langkah untuk memastikan keselamatan sandera.
Sementara itu, organisasi kemanusiaan Medical Aid for Palestinians (MAP) mengatakan situasi di lapangan “sangat kritis.” “Penembakan terjadi di sekitar kantor kami, kendaraan militer hanya 400 meter dari rekan-rekan kami dan keluarga mereka,” kata juru bicara MAP di Gaza, Mai Elawawda.
Warga yang mengungsi menggambarkan kepanikan saat tank mendekat tanpa peringatan. “Tenda ini sudah saya dirikan dan bongkar 13 kali. Malam ini adalah yang terberat,” kata Attef Abu Mousa sambil membawa selembar terpal.
Abdallah Awar, yang meninggalkan rumah hanya dengan pakaian di badan, menambahkan: “Kelaparan, pembantaian, pengungsian, anak-anak mati di depan mata kami. Cukup sudah. Kami minta dunia membantu kami, dan Hamas menghentikan sandiwara ini.”
Evakuasi 80 Ribu Warga, Infrastruktur Kritis Terancam
PBB memperkirakan 50.000 hingga 80.000 orang berada di area yang diperintahkan untuk dievakuasi, termasuk pengungsi yang sebelumnya telah berpindah dari wilayah lain. Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) memperingatkan infrastruktur vital seperti gudang bantuan, fasilitas medis, dan sumber air berada dalam zona operasi, sehingga kerusakan akan berakibat fatal.
Dengan perintah terbaru ini, 87,8% wilayah Gaza kini berada dalam zona evakuasi atau militerisasi, menyisakan hanya 12% wilayah untuk 2,1 juta penduduk yang bertahan tanpa layanan dasar memadai.
WHO Ikut Terdampak, Gudang Medis Rusak
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengonfirmasi gudang utama WHO di Deir al-Balah rusak terkena serangan, memicu kebakaran dan ledakan. Stok obat-obatan kini hampir habis, sehingga bantuan untuk rumah sakit dan tim medis sangat terbatas.
WHO juga melaporkan staf dan keluarga mereka terpaksa mengungsi dengan berjalan kaki ke Al-Mawasi di tengah konflik aktif. Seorang staf WHO masih ditahan oleh pasukan Israel.
PBB: Akses Kemanusiaan Kian Tersendat
“Perintah evakuasi ini kembali memukul jalur bantuan yang sudah rapuh. Ini mempersempit ruang gerak kemanusiaan justru saat paling dibutuhkan,” kata OCHA.
Serangan darat ini terjadi di tengah meningkatnya tekanan internasional pada Israel untuk menghentikan perang yang dimulai setelah serangan Hamas pada Oktober 2023. Hingga kini, lebih dari 59.000 orang tewas di Gaza menurut Kementerian Kesehatan setempat. (CNN/Z-2)