
PRESIDEN ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menekankan pentingnya kepercayaan dalam hubungan internasional saat menyampaikan kuliah umum di National Graduate Institute for Policy Studies (GRIPS) Tokyo, Jepang, Kamis (6/3). Dalam kuliah bertajuk The Importance of Trustworthiness: Indonesia, ASEAN, and Japan, SBY menguraikan dinamika global dan peran ASEAN dalam menjaga stabilitas kawasan.
"Dunia saat ini semakin kompleks, tidak pasti, dan berbahaya. Keseimbangan strategis global sedang bergeser," ujar SBY.
Ia menyoroti perubahan kebijakan Amerika Serikat di bawah pemerintahan terbaru, yang menurutnya berdampak pada stabilitas global dan hubungan internasional. SBY juga membahas peran ASEAN dalam menghadapi tantangan geopolitik.
"Berbeda dengan Eropa, ASEAN tidak pernah bergantung pada kekuatan eksternal untuk menjaga stabilitasnya. Kami selalu mencari peluang dalam setiap perubahan," katanya.
SBY menambahkan, survei terbaru menunjukkan ASEAN kini lebih memandang Jepang, Tiongkok, dan Uni Eropa sebagai mitra utama, bukan Amerika Serikat. SBY turut menyinggung peran Jepang sebagai mitra strategis ASEAN yang paling dipercaya.
"Jepang memiliki empat keunggulan utama di mata negara-negara ASEAN: kepercayaan yang tinggi, rekam jejak kerja sama yang baik, tidak memiliki agenda tersembunyi, serta konsisten dalam mendukung sentralitas ASEAN," paparnya.
Terkait keanggotaan Indonesia dalam BRICS, SBY menegaskan, hal ini bukan tanda perubahan kebijakan luar negeri Indonesia. "Keanggotaan Indonesia di BRICS tidak berarti kami bergeser dari kebijakan bebas aktif. Sebaliknya, ini adalah langkah untuk memperkuat kehadiran Indonesia di berbagai forum internasional," jelasnya.
Mengakhiri kuliahnya, SBY menekankan, kerja sama dan kepercayaan antarnegara adalah kunci dalam menjaga stabilitas global. "Indonesia akan terus berjuang untuk Indo-Pasifik yang bebas, terbuka, inklusif, dan penuh kerja sama. Dalam upaya ini, kami mengharapkan Jepang bisa menjadi mitra utama," tutupnya.
Kuliah umum ini dihadiri oleh ratusan akademisi, mahasiswa, serta pembuat kebijakan dari berbagai negara yang antusias terhadap wawasan yang disampaikan SBY terkait tantangan dan peluang di dunia saat ini. (Cah/P-3)