
SEORANG perajin wayang golek yang masih bertahan, di Desa Sukajaya Kecamatan Sukatani Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, mencoba terus berinovasi agar hasil karyanya tetap di minati. Tidak hanya membuat wayang golek ukuran besar, sedang, dan ukuran kecil, tetapi perajin ini mampu membuat alat tulis berbentuk wayang golek hingga gantungan kunci berbentuk wayang golek.
Abah Masri, perajin wayang golek yang kini sudah menginjak usia 65 tahun. Di bantu istri dan anaknya, mencoba bertahan di tengah persaingan industri kreatif dan kurangnya modal untuk pengembangan usaha kerajinan wayang goleknya.
Tetapi abah Masri tidak patah semangat untuk tetap menghasilkan karya dari tangannya yang sudah keriput.
Perajin wayang golek yang memiliki galeri bernama Diamond Art, di Kampung Gunung Sembung RT 16 RW 06 Desa Sukajaya Kecamatan Sukatani Kabupaten Purwakarta, telah merintis usaha di bidang kerajinan ini sejak tahun 1988.
Di Desa Sukajaya, ternyata perajin wayang golek yang masih bertahan hanya Abah Masri, sementara dua perajin lainnya sudah gulung tikar, dengan alasan permasalahan permodalan. Apalagi pengrajin wayang golek belum tersentuh permodalan dari Bank.
Dalam sebulan biasanya Abah Masri bisa menghasilkan 2.500 karya wayang golek berbagai jenis produksi, seperti wayang golek ukuran besar, ukuran sedang, ukuran kecil, alat tulis berbentuk wayang golek, gantungan kunci berbentuk wayang golek, hingga souvenir wayang golek yang semuanya berbahan dasar kayu lame.
Abah Masri mengatakan, terkadang ia bisa menyelesaikan dua buah wayang golek ukuran besar dalam satu hari, juga, membuat gantungan kunci dan alat tulis berbentuk wayang dengan jumlah cukup banyak. Namun apabila ada permintaan pasar cukup banyak, ia pun di bantu keluarganya bisa mencapai target permintaan pasar, tetapi kendala permodalan usaha terkadang menghambat produksi.
"Kendalanya dalam pembuatan wayah sih ga ada cuma ketika banyak pesanan modal ga ada ini menjadi penghambat dalam proses produksi. kita kan butuh beli kayu dan kayunya khusus dari kayu Lame yang kadang sudah juga," kata Abah Masri.Jumat (23/5).
Dari beberapa macam hasil produksi wayang goleknya, Abah Masri pun membandrol harga untuk wayang golek ukuran besar Ro 125 ribu, wayang golek ukuran kecil Rp 50 ribu, souvenir wayang golek Rp 80 ribu, alat tulis bentuk wayang golek Rp 9 ribu, dan gantungan kunci wayang golek di hargai Rp 8 ribu.
Peran Bumdes Sukajaya
Beruntung sejak kehadiran badan usaha milik desa, ( bumdes) Sukajaya, kini secara perlahan hasil karya Abah Masri berupa wayang golek mulai di lirik peminatnya, adanya bumdes sukajaya mengelola kampung UMKM di Rest Area 88 jalur B tol Cipularang.
Seluruh hasil produksi UMKM dari Desa Sukajaya di tampung dan dipasarkan di kampung UMKM/ dengan sasaran pembeli adalah para pengendara dan keluarganya yang menyempatkan beristirahat di rest area 88 jalur B tol Cipularang.
Perhatian dan dukungan nyata berbentuk modal usaha maupun bantuan pemasaran dari Pemerintah Daerah Kabupaten maupun Provinsi Jawa Barat sangat dinantikan para pelaku seni wayang ini, sehingga geliat usaha pun semakin meningkat yang berdampak pada peningkatan tarap hidup masyarakat Desa Sukajaya. (H-2)