Pemudik yang Menggunakan Moda Transportasi Laut Diprediksi Meningkat

3 hours ago 2
Pemudik yang Menggunakan Moda Transportasi Laut Diprediksi Meningkat Pengamat Maritim Ikatan Alumni Lemhannas Strategic Center (IKAL SC) Marcellus Hakeng Jayawibawa.(Dok. Pribadi)

PENGAMAT Maritim Ikatan Alumni Lemhannas Strategic Center (IKAL SC) Marcellus Hakeng Jayawibawa mengungkapkan pada tahun 2024 terjadi lonjakan pemudik yang cukup signifikan, yakni sebesar 56,4% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2024, jumlah pemudik diperkirakan mencapai 193,6 juta orang, dengan hampir sepuluh persen di antaranya adalah pemudik jalur laut. Ia memprediksi peningkatan jumlah pemudik lewat jalur laut akan terus berlanjut di lebaran 2025.

Marcellus mengungkapkan salah satu tantangan utama yang diperhatikan di momen arus mudik 2025 adalah keberadaan truk yang kelebihan muatan atau biasanya dikenal sebagai Over Dimension Overloading (ODOL). Keberadaan truk ODOL ini tidak hanya berbahaya bagi infrastruktur jalan tetapi juga kapal penyeberangan (kapal ferry).

Truk ODOL sering diangkut menggunakan kapal ferry, dimana keberadaannya bisa memicu kerusakan pada kapal, bahkan menyebabkan kecelakaan kapal bila dihubungkan dengan sulitnya mengukur faktor risiko yang ditimbulkan oleh truk ODOL yang diangkut kapal-kapal ferry.

“Kapal ferry, yang dirancang untuk mengangkut kendaraan dengan kapasitas tertentu, dapat rusak jika membawa truk dengan dimensi atau beban yang melebihi batas,” kata Marcellus, di Jakarta, Minggu (16/3).

Ia menambahkan truk ODOL yang dibawa menggunakan kapal ferry dapat menyebabkan kecelakaan dan kerusakan struktural, serta memperburuk kelancaran arus transportasi. “Pengawasan yang ketat di pelabuhan, untuk memastikan hanya kendaraan yang memenuhi ketentuan yang diizinkan masuk ke kapal ferry, menjadi langkah penting. Bahkan saya memberi usulan H-7 sd H+7, semua truk agar bisa dilarang menggunakan kapal penyeberangan guna memastikan serta mengutamakan keselamatan para pemudik yang menggunakan jasa kapal Ferry,” tegasnya.

Pengajar Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Universitas Gadjah Mada itu mengingatkan bahwa masalah keselamatan penumpang di kapal penyeberangan selama arus mudik Lebaran juga sangat penting. Selama perjalanan mudik, tingkat kesadaran akan keselamatan di kalangan penumpang seringkali belum maksimal.

“Maka pengelola angkutan penyeberangan harus lebih serius dalam memastikan setiap penumpang mengetahui cara menggunakan alat keselamatan seperti pelampung atau jaket pelampung, serta memahami prosedur evakuasi darurat. Sesaat sebelum berangkat atau maksimal 24 jam setelah penumpang naik ke atas kapal, sosialisasi penggunaan serta lokasi alat-alat keselamatan diatas kapal wajib diberikan kepada para penumpang kapal ferry," katanya.

Edukasi ini, kata Marcellus, harus dilakukan sebelum kapal berangkat melalui demonstrasi atau informasi digital yang disediakan selama pelayaran. Kru kapal memiliki peran vital dalam memberikan informasi keselamatan yang jelas dan memastikan penumpang memahami dengan baik bagaimana menggunakan peralatan keselamatan yang tersedia.

Selain pengetahuan tentang alat keselamatan, penumpang juga harus diberi pengertian tentang pentingnya penggunaan alat pelindung diri (APD), seperti masker atau pelindung tubuh, dalam situasi tertentu, seperti selama pandemi atau jika terjadi bencana alam. “Langkah-langkah preventif ini penting untuk mengurangi risiko kebingungannya penumpang saat menghadapi situasi darurat, yang dapat memperburuk keadaan,” jelasnya. (H-3)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |