
MENJADI mualaf adalah perjalanan spiritual yang penuh tantangan, terutama dalam memahami Alquran. Hal ini dirasakan oleh Santi (50), seorang mualaf di Kelurahan Merdeka, Kecamatan Sumur Bandung, Jawa Barat.
Berkat Program Pemberantasan Buta Huruf Alquran (Gerakan Utama Mengaji), kini ia bisa mulai membaca Alquran dan semakin memahami agama Islam dengan lebih mendalam.
Santi mengakui, belajar membaca Alquran bukanlah hal mudah. Terutama dalam pelafalan huruf-huruf hijaiyah yang berbeda dengan kebiasaannya. "Biasanya di sini kita mengucapkan Allah dengan Alah, lalu huruf-huruf seperti Kho dan Ha itu terasa sulit. Tapi Alhamdulillah, program ini sangat membantu," ungkap Santi di Kantor Kelurahan Merdeka, Kecamatan Sumur Bandung, Kamis (13/3).
Dengan penuh semangat, Santi mengikuti setiap sesi pembelajaran yang diberikan dalam program pemberantasan buta huruf Alquran. "Saya ingin bisa membaca Alquran dengan baik, walaupun dari dasar dulu. Saya juga ingin memahami arti agama yang lebih luas," tutur Santi.
Sebagai pendatang dari Palembang, Santi merasa sangat terbantu dengan adanya komunitas belajar seperti ini. "Saya baru di sini, dan ikut program ini rasanya luar biasa. Tadinya saya merasa bodoh karena belum bisa membaca Alquran, tapi sekarang saya semakin yakin bahwa saya juga bisa belajar dan memahami agama Islam dengan lebih baik," ucap Santi.
Program Bandung Utama Mengaji, yang mencakup pemberantasan buta huruf Alquran, pelatihan dai, rumah tahfidz, dan rumah tahsin, menjadi bagian dari upaya Pemerintah Kota Bandung dalam meningkatkan literasi keagamaan masyarakat.
Dengan adanya program ini, diharapkan semakin banyak warga, termasuk para mualaf, yang bisa membaca dan memahami Alquran dengan lebih baik. Semangat Santi dan peserta lainnya menjadi bukti bahwa tidak ada kata terlambat untuk belajar, terutama dalam mendalami agama Islam.
Sementara itu program pemberantasan buta huruf Alquran juga diadakan di SMAN 24 Bandung sebagai bagian dari program penguatan pendidikan karakter selama Ramadan.
Plt. Kepala SMAN 24 Bandung, Suparman menyampaikan, sekolahnya telah lama menjalankan program pemberantasan buta huruf Alquran. Saat ini, sekitar 90% siswa sudah mampu membaca Alquran dengan lancar dan hanya 10% yang masih perlu pendampingan lebih lanjut.
"Kegiatan ini tidak hanya mengisi bulan Ramadhan, tetapi juga mendukung visi Pemkot Bandung dalam pemberantasan buta huruf Alquran. Kami juga membina siswa yang sudah hafal 1-2 juz agar semakin meningkatkan hafalannya," terang Suparman.
Suparman berharap, program ini siswa bisa membaca Alquran dengan baik dan terus mengamalkan nilai-nilai agama setelah Ramadan.
Iya juga bertekad untuk mencapai 100% siswa yang mampu membaca Alquran dan menjadikan nilai-nilai keislaman sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. (E-2)