Soal Makanan MBG Basi, Ini Tanda-tanda yang Bisa Dikenali Siswa

4 hours ago 3
Soal Makanan MBG Basi, Ini Tanda-tanda yang Bisa Dikenali Siswa Ilustrasi(Antara)

PROGRAM Makan Bergizi Gratis (MBG) memunculkan kasus keracunan di berbagai daerah, seperti di Cianjur, Bandung, Tasikmalaya, hingga Bombana. Dietisien dari Rumah Sakit Akademik (RSA) Universitas Gadjah Mada, Leiyla Elvizahro, mengungkapkan para siswa bisa mengenali tanda-tanda makanan yang sudah basi atau tidak higienis.

"Makanan basi sering kali dapat dikenali melalui perubahan bau, tekstur, dan warna," kata Leiyla dalam siaran pers dari Humas UGM, Senin (5/5).

Masyarakat turut diimbau untuk membiasakan diri mencium aroma makanan terlebih dahulu sebelum mengonsumsinya. Deteksi dini lewat pancaindera sering kali cukup untuk mencegah konsumsi makanan yang berisiko. 

“Makanan seperti nasi, mi, dan lontong yang kaya karbohidrat akan mudah basi jika disimpan terlalu lama di suhu ruang. Tanda-tandanya antara lain berbau asam, berlendir, atau muncul jamur,” ujarnya.

Sementara, makanan berbahan dasar daging, ikan, dan produk susu menjadi kelompok paling rentan. Tanda-tanda kerusakan pada olahan daging misalnya bisa dikenali dari bau amis menyengat, warna kehijauan, serta tekstur yang berlendir. Untuk sayur dan buah yang busuk dapat dilihat dari bentuknya yang layu, lembek, atau berlendir. Kulit buah juga mengkerut serta timbul jamur berwarna putih atau hijau.

"Susu yang sudah basi akan menggumpal dan mengeluarkan bau asam yang tajam," imbuhnya.

Keracunan massal dalam kasus MBG diduga kuat terkait dengan buruknya penanganan makanan, terutama dalam aspek penyimpanan dan distribusi. Leiyla menggarisbawahi makanan yang disajikan dalam jumlah besar harus memenuhi standar higienitas yang ketat, termasuk pemakaian penutup makanan, penyimpanan di suhu yang tepat, serta kebersihan alat dan tenaga penyaji.

"Faktor lain yang tak kalah penting adalah waktu antara proses masak dan konsumsi. Semakin lama jedanya, semakin tinggi potensi kontaminasi," ungkapnya.

Oleh karena itu, pelaksana MBG harus memastikan distribusi makanan dilakukan secara cepat dan efisien. Jika disimpan lebih dari empat jam tanpa penghangat atau pendingin, risiko pertumbuhan bakteri akan meningkat drastis. Jika dikonsumsi, makanan ini bisa menyebabkan infeksi saluran cerna dan dehidrasi berat. Leiyla menambahkan, bahan pangan hewani harus disimpan di suhu dingin dan dimasak dengan suhu cukup tinggi untuk membunuh bakteri patogen. 

Masyarakat juga perlu waspada terhadap makanan yang disajikan secara terbuka karena bisa dikerumuni lalat atau ditangani oleh petugas yang tidak menggunakan sarung tangan. Ia menyarankan, pemerintah lebih selektif memilih tempat makan atau katering, khususnya untuk kegiatan besar seperti MBG. Kredibilitas penyedia makanan bisa menjadi indikator awal apakah proses pengolahan mereka mengikuti standar keamanan pangan. 

“Kondisi dapur dan alat masak pun harus menjadi perhatian. Jangan ragu untuk mempertanyakan kebersihan makanan, apalagi jika dikonsumsi bersama-sama dalam jumlah besar,” tuturnya.

Terlanjur Makan

Bagaimana jika sudah terlanjur makan? usahajan tidak panik dan segera mengamati gejala yang muncul. "Jika mengalami muntah, diare lebih dari tiga kali sehari, atau demam, sebaiknya segera mencari pertolongan medis," ucap Leiyla.

Leiyla menyarankan untuk banyak minum air putih guna mencegah dehidrasi dan membantu proses detoksifikasi alami tubuh. Bila gejala tak membaik dalam 24 jam, segera periksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat untuk penanganan lanjutan. Konsumsi probiotik seperti yoghurt, kefir, atau suplemen juga bisa dijadikan salah satu penanganan awal untuk menyeimbangkan mikrobiota usus yang terganggu.

Menurut dia, pemerintah dan pihak penyedia MBG perlu membuat standar operasional yang jelas mengenai pengadaan makanan.

“Paling penting literasi pangan sehat harus menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat agar tidak mudah menjadi korban dari kelalaian pihak lain.”(M-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |