
TIM peneliti dari Ecositrop Kalimantan Timur melakukan ekspedisi anggrek di kawasan Training Research Centre (TRC) Mangkutup, Kalimantan Tengah. Kawasan hutan tropis seluas 58.000 hektare ini dikenal sebagai habitat orangutan dan menjadi rumah bagi puluhan jenis anggrek liar.
Ekspedisi yang berlangsung selama empat hari, 10–13 Juli 2025, melibatkan peneliti kehutanan dari Universitas Mulawarman Yaya Rayadin, serta staf lapangan TRC Mangkutup. Mereka menyusuri hutan krangas untuk mendokumentasikan kekayaan spesies anggrek, termasuk yang sudah terancam punah.
"Kegiatan ini bukan hanya eksplorasi, tapi juga edukasi dan konservasi. Kami ingin mengidentifikasi, mendokumentasikan, dan melestarikan anggrek endemik hutan Kalimantan," ujar Yaya, Minggu (13/7).
Tim berhasil mengidentifikasi sekitar 40 jenis anggrek menggunakan metode rapid survey. Beberapa di antaranya adalah Spathoglottis unguiculata dan Grammatophyllum speciosum yang dikenal sebagai anggrek tanah. Survei lanjutan akan dilakukan dengan metode delphi yang memungkinkan penemuan spesies baru, termasuk anggrek yang tumbuh di tajuk pohon tinggi.
Menurut Yaya, keanekaragaman anggrek di TRC Mangkutup menandakan kawasan ini memiliki nilai konservasi yang sangat tinggi. "Hanya dalam beberapa langkah, peserta bisa menemukan jenis anggrek berbeda. Ini luar biasa," ujarnya.
Bernilai konservasi tinggi
Kepala Training Research Centre Mangkutup Denni Irawan menjelaskan, kawasan ini telah ditetapkan sebagai Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi (KBKT) dalam revisi Rencana Kerja Usaha (RKU) perusahaan yang disahkan pada Juni 2024. Penetapan ini berlaku hingga 2027 dan tidak dapat diubah secara sepihak.
"Ada tiga sungai besar yang menjadi zona utama pengelolaan, yakni Sungai Muring, Mangkutup, dan Gawi. Kawasan ini dipetakan sebagai habitat penting bagi orangutan dan keanekaragaman hayati lainnya," jelas Denni.
TRC Mangkutup saat ini dihuni sekitar 300 individu pongo pygmaeus wurmbii (orangutan Kalimantan). Selain itu, hutan ini juga menjadi habitat bagi lutung merah, owa, musang, tarsius, berbagai spesies burung, serta tumbuhan langka seperti kantung semar dan sirih merah.
Program konservasi dilakukan melalui patroli rutin, monitoring biodiversitas, serta kerja sama penelitian dengan universitas, termasuk Universitas Palangka Raya. Ecositrop juga berperan sebagai mitra konsultan untuk memastikan pengelolaan kawasan sesuai dengan standar konservasi nasional dan internasional.
Selain survei anggrek, tim juga mencatat data habitat dan kondisi lingkungan, sekaligus memberikan edukasi kepada masyarakat lokal tentang pentingnya pelestarian tumbuhan endemik.
Ekspedisi ini menjadi langkah konkret dalam mengintegrasikan penelitian, konservasi, dan pemberdayaan masyarakat lokal. Hasilnya diharapkan dapat menjadi dasar kebijakan pelestarian anggrek lokal serta memperkuat status TRC Mangkutup sebagai kawasan strategis konservasi di Kalimantan. (YN/E-1)