Meneladan Muhammadiyah dalam Menguatkan Ketahanan Indonesia

1 week ago 13
(Dok. Pribadi)

INDONESIA menghadapi tantangan besar dalam menjaga ketahanan bangsa dari berbagai ancaman krisis kesehatan mulai bencana alam hingga wabah penyakit yang terus bermunculan. Pascapandemi covid-19, munculnya virus human metapneumovirus (HMPV), kasus influenza A, khususnya subtipe H1N1 dan H9N2 yang saat ini melanda Tiongkok, tentu harus segera diwaspadai. Hal itu menjadi pengingat bahwa dunia, termasuk Indonesia, masih rentan terhadap krisis kesehatan global.

Di lain sisi, Indonesia sebagai negara yang terletak di kawasan Ring of Fire atau Cincin Api Pasifik memiliki kerentanan tinggi terhadap bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, dan erupsi gunung berapi. Kawasan ini merupakan zona dengan aktivitas seismik dan vulkanik yang sangat aktif, menjadikan Indonesia salah satu negara paling rawan bencana di dunia.

Ancaman itu mempertegas perlunya kesiapsiagaan yang lebih baik serta strategi mitigasi yang lebih terstruktur. Pemerintah tidak dapat bekerja sendiri, sinergi antara berbagai pihak, termasuk organisasi berbasis masyarakat dan keagamaan, sangat diperlukan. Salah satu contoh nyata yang patut ditiru ialah pendekatan Muhammadiyah dalam menghadapi pandemi covid-19 yang berhasil menunjukkan efektivitas model partisipasi integratif dalam membantu percepatan penanganan pandemi covid-19 di Indonesia.

MODEL PARTISIPASI INTEGRATIF MUHAMMADIYAH

Peristiwa covid-19 menjadi pembelajaran berharga bagi seluruh eleman bangsa Indonesia, tak terkecuali Muhammadiyah yang terlibat aktif dalam upaya penanganan dampak pandemi. Muhammadiyah telah membuktikan perannya sebagai garda terdepan dalam aksi sosial kemanusiaan yang mampu membantu percepatanan penanganan dampak pandemi. Lantas, apa yang membuat kontribusi organisasi keagamaan ini terasa spesial?

Partisipasi integratif sebagai kunci utama Muhammadiyah dalam mengatasi tantangan pandemi dan membangun ketahanan sosial yang lebih kuat.

Partisipasi integratif Muhammadiyah digerakkan oleh proses kolaborasi dan inovasi organisasi yang berjalan sangat efektif. Muhammadiyah menerapkan prinsip-prinsip collaborative governance dalam penanganan pandemi covid-19 dengan memanfaatkan modal sosial yang kuat, jaringan luas organisasi, pengalaman tanggap bencana, serta membentuk struktur kerja terorganisasi melalui Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) yang mengintegrasikan seluruh majelis/lembaga internal seperti Lazismu, MPKU, dan perguruan tinggi Muhammadiyah.

Dengan kepemimpinan fasilitatif, Muhammadiyah mampu membangun dialog secara konsisten, koordinasi intensif, dan berbagai inisiatif serta partisipasi strategis. Tidak kurang sebanyak 45.192.895 jiwa telah menerima manfaat langsung dari aksi Muhammadiyah.

Muhammadiyah mengembangkan pendekatan yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan dari pemerintah, sektor swasta, perguruan tinggi, lembaga internasional, hingga organsiasi keagamaan lainnya. Kolaborasi lintas sektoral itu mendorong respons yang cepat dan koordinasi yang efektif dalam menangani berbagai dampak sistemik akibat pandemi. Pendekatan itu berhasil dalam mereduksi dampak pada kesehatan juga dalam merespons dampak sosial dan ekonomi yang ditimbulkan akibat pandemi.

Keberhasilan Muhammadiyah dalam penanganan covid-19 merupakan hasil dari proses kolaborasi yang terstruktur dan inklusif yang digerakkan oleh mesin organisasi yang kukuh, dari pusat hingga akar rumput. Dengan desain institusional yang matang, proses kolaborasi yang berkelanjutan, dan kepemimpinan fasilitatif yang kuat, Muhammadiyah mampu mengoptimalkan sinergi antara aktor internal Muhammadiyah dan mitra eksternal. Model kolaborasi ini menjadi contoh nyata bagaimana kerangka kerja collaborative governance dapat diterapkan untuk menghadapi tantangan krisis, menciptakan dampak yang luas, dan memperkuat kapasitas kolektif dalam menghadapi krisis.

Selain kolaborasi, Muhammadiyah juga menginisiasi berbagai inovasi yang mendukung efektivitas penanganan krisis. Pemanfaatan teknologi seperti telemedicine, platform edukasi digital EduMu, serta Sigap Lawan Corona (Silana) menjadi bukti bahwa pendekatan berbasis inovasi dapat meningkatkan daya tanggap dan respons cepat terhadap krisis. Integrasi antara prinsip keagamaan dan solusi praktis ini menciptakan pendekatan mendalam yang mampu menjangkau lebih banyak masyarakat serta mendorong kepatuhan bersama dalam upaya pengurangan risiko dan dampak krisis pandemi.

Dalam perspektif inovasi, partisipasi Muhammadiyah juga menunjukkan fleksibilitas dan inovasi dalam respons cepat, mengadaptasi cara baru untuk memberikan layanan kesehatan di tengah kebijakan pembatasan fisik dan sosial. Respons taktis dan strategis ini menunjukkan kesiapan sumber daya dan infrastruktur organisasi melalui kebijakan yang mendukung percepatan penanganan pandemi dengan mengeluarkan sejumlah fatwa dan panduan keagamaan yang bertujuan untuk menjaga keselamatan dan kesehatan masyarakat.

Fatwa ini berisi panduan tentang ibadah dalam kondisi darurat, seperti pelaksanaan salat Idul Fitri dan Idul Adha serta protokol kesehatan selama beribadah. Salah satu fatwa penting yang dikeluarkan ialah Surat Edaran No 3/EDR/I.0/E/2020 yang memberikan panduan tentang ibadah dalam keadaan darurat covid-19.

Fatwa ini menekankan pentingnya menjaga lima prinsip syariat (dlaruriy al-khams), yaitu perlindungan terhadap kehidupan (nafs), agama (din), akal (‘aql), keturunan, dan harta (mal). Respons Muhammadiyah terhadap pandemi menunjukkan dinamika kebijakan yang adaptif dan responsif terhadap situasi yang berkembang.

Kebijakan-kebijakan ini mencerminkan kemampuan Muhammadiyah untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip keagamaan dengan kebutuhan praktis di lapangan. Sebagai organisasi yang berbasis pada prinsip-prinsip Islam, Muhammadiyah mampu menggabungkan pendekatan tekstual (bayani), ilmiah (burhani), dan spiritual (irfani) dalam mengeluarkan fatwa dan kebijakan.

KOLABORASI DAN INOVASI SEBAGAI KUNCI

Keberhasilan partisipasi integratif Muhammadiyah dalam menghadapi krisis dibangun melalui pendekatan yang komprehensif dan terintegrasi yang menempatkan misi sosial sebagai prioritas utama. Organisasi ini mengedepankan optimasi layanan kesehatan, bantuan sosial dan pendidikan, serta memastikan bahwa kebijakan yang diambil sesuai dengan kondisi krisis yang sedang terjadi, seperti diperkuat melalui fatwa dan kebijakan yang cepat dan tepat. Hal ini semakin diperkuat dengan peningkatan sistem organisasi, dengan membentuk struktur organisasi yang lebih fleksibel, tangkas, dan terfokus seperti yang dilakukan oleh Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC).

Praktik partisipasi integratif Muhammadiyah ini dijalankan dengan menerapkan elemen aksi kolektif sebagaimana perspektif partisipasi Kanji & Greenwood (2001) melalui aksi bersama, pembelajaran, dan kerja sama lintas sektoral. Ini terlihat dalam aksi pengorganisasian sumber daya internal dan eksternal secara intensif serta koordinasi kebijakan pandemi.

Sejalan dengan itu, Muhammadiyah juga menerapkan prinsip collaborative governance Douglas & Ansell (2008) dengan membangun kolaborasi, merancang institusi responsif, mengoordinasikan kerja sama, dan menerapkan kepemimpinan fasilitatif. Hal ini semakin diperkuat melalui praktik inovasi yang sejalan dengan prinsip OECD-OPSI (2022) dengan mengembangkan inovasi di bidang kesehatan, pendidikan, dan layanan sosial untuk menjawab kebutuhan pandemi serta membangun solusi berkelanjutan.

Praktik kolaboratif dan inovatif yang dilakukan Muhammadiyah selama pandemi covid-19 menunjukkan bahwa partisipasi organisasi berbasis agama memiliki kapasitas besar untuk berkontribusi dalam penanganan krisis. Kolaborasi lintas sektoral memperluas jangkauan penanganan krisis dan memastikan bahwa sumber daya dapat dimanfaatkan secara optimal.

Partisipasi organisasi berbasis agama menunjukkan potensi besar dalam intervensi kesehatan yang berbasis budaya dan komunitas. Penelitian oleh Sobers (2021), Tristao Parra (2018), dan Luque (2011) menunjukkan bahwa organisasi berbasis agama efektif dalam menyampaikan layanan kesehatan yang sesuai dengan budaya, meningkatkan aktivitas fisik, dan mengatasi hambatan akses kesehatan pada kelompok rentan. Hal yang sama ditunjukan pada studi Rayes dan Schieffler (2021) menunjukkan bahwa organisasi berbasis agama berperan penting dalam mendukung kelompok rentan pascapandemi.

Oleh sebab itu, partisipasi organisasi keagamaan merupakan mitra strategis dalam menangani tantangan krisis kesehatan dan bencana karena organisasi keagamaan memiliki jaringan sosial yang kuat, kepercayaan anggota, dan kemampuan untuk menyampaikan pesan yang sejalan dengan budaya organisasi. Intervensi kebijakan berbasis agama terbukti efektif dalam meningkatkan kesadaran kesehatan, membangun ketahanan, dan meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat melalui pendekatan yang terintegrasi serta sesuai dengan nilai-nilai anggota organisasi.

Sebagai institusi yang berakar pada nilai-nilai kemanusiaan dan solidaritas, organisasi keagamaan harus memprioritaskan misi sosial di atas kepentingan bisnis atau ekonomi. Fokus utama dalam menghadapi krisis harus tertuju pada penyediaan bantuan sosial bagi masyarakat terdampak, penguatan program pendidikan bagi kelompok rentan, serta penguatan moral dan spiritual sebagai bagian dari ketahanan sosial. Dengan demikian, keberhasilan partisipasi organisasi keagamaan dalam menghadapi krisis membutuhkan integrasi pendekatan holistik yang memprioritaskan misi sosial, adaptasi, peningkatan sistem, dan antisipasi tantangan krisis pada masa mendatang.

Selain itu, adaptasi yang cepat dan tepat menjadi kunci dalam merespons situasi krisis yang dinamis dan kompleks. Kebijakan yang diterapkan harus sesuai dengan kondisi krisis yang berkembang, baik dalam bentuk fatwa, pedoman keagamaan, maupun kebijakan-kebijakan darurat yang dapat memberikan kepastian dan ketenangan bagi umat.

Pembentukan struktur yang lebih fleksibel, tangkas, dan terfokus memungkinkan organisasi keagamaan untuk bergerak lebih efektif dalam menghadapi krisis. Contohnya ialah pembentukan lembaga atau tim khusus seperti Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) yang berperan penting dalam merespons pandemi dengan pendekatan yang lebih sistematis dan efisien.

MENGUATKAN KETAHANAN NASIONAL

Kendati demikian, keberhasilan dalam menghadapi krisis tidak cukup hanya dengan respons jangka pendek. Organisasi keagamaan perlu mengantisipasi tantangan pada masa mendatang dengan menyiapkan rencana mitigasi yang matang. Hal ini dapat dilakukan melalui pembelajaran bersama dari pengalaman krisis sebelumnya serta mendorong tindakan kolektif yang melibatkan berbagai elemen masyarakat. Dengan strategi itu, organisasi keagamaan dapat membangun ketahanan yang lebih baik dan siap menghadapi krisis serupa pada masa depan.

Ancaman krisis kesehatan dan bencana alam tidak akan pernah sepenuhnya hilang. Oleh sebab itu, penting bagi pemerintah untuk tidak hanya bersikap reaktif terhadap krisis yang terjadi, tetapi juga membangun strategi jangka panjang yang lebih matang dan berkelanjutan. Dengan kesiapan yang matang, ketika ancaman bencana dan krisis berikutnya muncul, Indonesia akan memiliki sistem ketahanan yang lebih mapan.

Model yang diterapkan Muhammadiyah dapat menjadi inspirasi bagi strategi nasional dalam menghadapi krisis yang akan datang. Ancaman bencana alam dan krisis kesehatan tidak bisa hanya dihadapi dengan pendekatan oleh pemerintah semata. Peran aktif masyarakat, organisasi sipil, dan keagamaan harus dioptimalkan sebagai mitra strategis pemerintah dalam upaya mitigasi dan membangun kesiapsiagaan masyarakat.

Oleh karena itu, kesiapsiagaan dan rencana mitigasi harus terus diperkuat. Belajar dari pengalaman Muhammadiyah, kolaborasi dan inovasi ialah kunci untuk menghadapi krisis. Pemerintah, swasta, media, perguruan tinggi, dan organisasi masyarakat harus bersinergi untuk menciptakan sistem yang tangguh dan responsif dalam menghadapi ancaman yang semakin nyata hadir di depan mata kita.

Untuk itu, pemerintah perlu memperkuat mekanisme kerja sama antara sektor publik dan masyarakat sipil, khususnya organisasi keagamaan secara terpadu dari proses perencanaan, implementasi, hingga evaluasi kebijakan agar respons terhadap krisis menjadi lebih cepat dan terstruktur.

Dengan meneladan pendekatan partisipasi integratif Muhammadiyah, mengedepankan sinergi dan inovasi akan membantu kita dalam membangun sistem kesiapsiagaan yang lebih tangguh untuk menghadapi ancaman krisis pada masa mendatang.

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |