
DUNIA berduka. Paus Fransiskus telah berpulang pada Senin (21/4). Dia pergi sesudah merayakan Paskah. Kebangkitan Kristus. Bersama umatnya.
Kepergiannya bukan sekadar akhir dari masa kepausan, melainkan juga menutup lembar hidup seorang tokoh besar. Sosok yang menghidupkan iman lewat keteladanan dan menjembatani batas-batas kemanusiaan dengan kasih.
Bagi Indonesia, Paus Fransiskus bukan sekadar pemimpin Vatikan. Ia merupakan sahabat hangat yang pernah menyapa dan mengapresiasi semangat hidup bangsa ini.
Dalam benak banyak orang, ia tetap hidup sebagai simbol harapan di tengah kehidupan yang tercabik-cabik derita.
Dia meninggalkan banyak warisan bagi kita, baik dalam pengajaran, maupun dalam tindakan.
FIGUR MEMBUMI
Fransiskus ialah pemimpin rohani yang langka. Tokoh yang mampu menghadirkan wajah gereja (agama) yang bersahaja dan merangkul.
Ia menolak simbol-simbol kemegahan yang menciptakan jarak. Ia memilih jalan yang rendah hati, hidup sederhana, berbicara lugas, dan hadir tanpa prasangka.
Di tengah dunia yang dilanda polarisasi, kekerasan, dan krisis makna, kehadirannya menjadi penyejuk. Ia berbicara bukan hanya kepada umat Katolik, melainkan juga kepada seluruh umat manusia.
Ia mengajak semua orang untuk mengusung kepedulian, baik kepada sesama, kaum kecil, maupun bumi yang terluka.
FONDASI DUNIA BARU
Warisan terbesar lain Paus Fransiskus bukan sekadar ensiklik seperti Laudato Si’ (2015) atau Fratelli Tutti (2020), melainkan juga visi profetik tentang iman, kemanusiaan, dan kehidupan. Ia mendorong sinodalitas dalam membangun dunia. Semangat berjalan bersama. Mendengar bersama.
Bertindak bersama membangun kebaikan. Bagi Fransiskus, gereja (agama) harus menjadi rumah yang terbuka bagi semua, bukan benteng yang eksklusif. Dengan semangat reformasi, ia membangun fondasi bagi sebuah dunia yang lebih ekologis, solider, dan relevan dengan tantangan zaman. Dalam dunia yang terkurung keterpecahan, ia menawarkan jalan dialog, kerendahan hati, dan cinta tanpa syarat.
FITRAH KEBERPIHAKAN
Dalam beberapa kesempatan, Fransiskus menyapa Indonesia sebagai ‘tanah yang diberkati’.
Ia menyoroti dan mengapresiasi kekayaan budaya, keragaman agama, serta semangat gotong royong yang khas Indonesia. Ia percaya bahwa Indonesia memiliki peran unik dalam membangun perdamaian dunia melalui toleransi, spiritualitas yang terbuka, dan budaya yang menyatukan.
Keberpihakan Fransiskus kepada kaum marginal sejalan dengan nilai-nilai luhur Pancasila.
Ia bersuara bagi buruh migran, korban perdagangan manusia, pengungsi, dan komunitas adat--isu-isu yang juga menjadi bagian dari perjuangan keadilan sosial di Indonesia.
GEMBALA UNIVERSAL
Keheningan yang ditinggalkannya terasa di hati banyak orang. Bukan hanya umat Katolik, melainkan juga para pemeluk agama lain, para pejuang kemanusiaan, dan siapa saja yang pernah disentuh oleh ketulusan pikirannya dan keberpihakan tindakannya. Ia merupakan gembala universal. Seorang pelayan damai yang menolak sekat agama, bangsa, dan ideologi.
Kepergian Fransiskus ialah kehilangan besar. Namun, warisannya terus hidup dan menyala dalam hati banyak orang. Ia merupakan teladan iman yang relevan dan revolusioner. Kini, dunia memasuki babak baru. Namun, semangat Paus Fransiskus tetap menjadi suluh di tengah kegelapan.
Ia telah menanam akar kasih, membangun jembatan kemanusiaan, dan meninggalkan jejak yang bisa diteladani oleh lintas generasi.