Masjid Layur Semarang Dengan Menara Unik Memanfaatkan Mercusuar Pelabuhan

1 week ago 16
Masjid Layur Semarang Dengan Menara Unik Memanfaatkan Mercusuar Pelabuhan Masjid Layur atau Masjid Menara(MI/AKHMAD SAFUAN)

MASJID selain sebagai tempat beribadah umat Islam juga menjadi pusat kegiatan keagamaan yang cukup kental, di Bulan Ramadan ini suasana setiap masjid berbeda terutama saat menghadapi buka puasa karena menampilkan ciri khas yang berbeda satu masjid dengan masjid lainnya termasuk keunikan khas yang menjadi keunikan tersendiri.

Di Bulan Ramadan ini, Masjid Layur atau dikenal dengan Masjid Menara terletak Kampung Melayu di Jalan Layur, Kota Semarang mempunyai keunikan tersendiri, yakni selalu menyajikan buka bersama terhadap para jemaah yang datang dengan menu khas yang sayang jika dilewatkan yakni minuman Kopi Arab yang merupakan campuran tujuh rempah-rempah.

Setiap hari saat waktunya berbuka, ratusan umat yang datang langsung disuguhi minuman Kopi Arab yang mempunyai rasa khas hingga menghangatjan tubuh hingga puasa terasa segar dan nikmat. "Kalau makanan berupa takjil yang diberikan warga sekitar hingga bermacam dan berganti setiap hari," kata Budi Prasetyo,58, warga Kuningan, Kita Semarang.

Jelang Magrib ratusan umat Islam baik itu warga Kampung Melayu maupun luar sudah berdatangan di Masjid Layur yang berjarak sekitar 1 kilometer dari Kota Lama Semarang, mereka tampak duduk rapi di dalam dan serambi masjid menunggu waktunya buka puasa, sebagian tampak khusuk berzikir sembari menunggu tanda dimulainya buka.

Sejumlah makanan takjil dari makanan tradisional, roti hingga kurma juga sudah tersedia di piring plastik yang diajarkan di depan mereka, demikian gelas berisi minuman khas yang disajikan yakni Kopi Arab serta sebuah ceret alumunium yang tersedia bagi warga yang ingin menambah minuman. Begitu suara tanda buka dimulai suasana menjadi seru karena hampura bersamaan mereka menyeruput Kopi Arab sebelum menikmati takjil.

Saudagar Yaman

Masjid Layur di Kampung Melayu, Kota Semarang dibangun pada tahun 1802 Masehi sekarang ini terlihat berbeda dibanding tahun sebelumnya, renovasi menyeluruh bersamaan revitalisasi Kampung Melayu terlihat cukup indah dengan warna hijau terang dan menara yang menjulang tertata apik, karena sekarang telah menjadi destinasi wisata.

Berbeda pada umumnya, Masjid Layur selyas 270 meter persegi tersebut tidak lepas dari sejarah panjang Kota Semarang dan hingga kini masih mempertahankan keaslian arsitektur bangunan yakni dengan ciri khas menara berukuran besar yang menjulang tinggi berbentuk bulat, karena bangunan tersebut merupakan Mercusuar Willem III di  Pelabuhan Lama Kota Semarang.

Selain bangunan menara menggunakan mercusuar, Masjid Layur di Kampung Melayu Kota Semarang ini dari arsitektur juga sedikit berbeda dengan masjid-masjid kuno dibangun di Kota Semarang, karena ditilik dari sejarahbya masjid ini merupakan perpaduan Arab-Melayu dubadu dengan gaya tradisional (Jawa) sehingga menjadikan salah satu bukti keragaman budaya di Kota Lumpia ini.

Dibangun pertama kali di tepi Kali Semarang yang dulunya merupakan Pelabuhan Lama oleh sejumlah saudagar dari Yaman awalnya hanya berbentuk langgar dengan bangunan panggung dengan struktur pendukung atap tajug oleh saka guru dan struktur seluruhnya kayu, sedangkan lantai bawah merupakan tempat wudhu, seperti halnya pada langgar lama yang berupa kolam.

Selanjutnya masjid dengan menara mercusuar tersebut dilakukan renovasi itu sekitar ahun 1930-1950 dengan mengubah konstruksi kayu menjadi bangunan batu yang kokoh meskipun tetap mempertahankan lantai kayu hingga kembali dilakukan kembali perubahan dengan menghilangkan masjid panggung untuk melindungi banjir air laut pasang (rob) terjadi di kawasan itu.

Meskipun tetap mempertahankan bentuk asli dan struktur bangunan kayu, Masjid Layur hingga kini tetap bertahan sebagai tempat peribadatan sekaligus pusat kegiatan keagamaan warga sekitar, bahkan setelah menjadi kawasan destinasi wisata yang hanya berjarak sekitar 1 kilometer dari Kota Lama, masih ini menjadi daya tarik tersendiri 

"Masjid ini menjadi cikal bakal berkembangnya keturunan Yaman di Kota Semarang, menjadi daya tarik dan bukti keragaman budaya di Semarang," kata Naiv Abdulrahman Hassan, pengurus Bidang Seni dan Budaya, Pokdarwis Kampung Melayu, Kota Semarang.

Keberadaan Kampung Melayu di Kota Semarang diperkirakan sudah terjadi pada abad 18, karena saat itu kawasan ini merupakan pusat kota pelabuhan hingga para pedagang dan saudagar dari berbagai etnis seperti Arab, Tionghoa, India, Pakistan, Cirebonan, Banjar dan suku-suku lainnya di nusantara yang datang ke tempat ini untuk berniaga atau sekedar mengadu nasib 

Bahkan tidak hanya datang dan pergi, sebagian mereka kemudian menetap di kawasan ini hinggaemvuat perkampungan di seputar masjid yang menggunakan menara mercusuar pelabuhan lama yang sudah tidak terpakai lagi, karena pelabuhan bergeser sekitar tiga kilometer ke utara yang kini menjadi Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.(H-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |