
PEMANFAATAN media digital dalam pelestarian bahasa daerah, sangat penting. Apalagi bahasa daerah sedang menghadapi tantangan serius di era digital, karena anak-anak lebih akrab dengan bahasa gaul.
Demikian kata Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Fajar Riza Ul Haq saat hadir dan menyapa langsung para pemenang Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) di Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah dan komunitas literasi dan sastra, kemarin.
Wamen Fajar hadir pada acara yang diadakan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa). Badan Bahasa menggelar rangkaian kegiatan strategis dalam rangka penguatan literasi dan sastra, serta revitalisasi bahasa daerah di Jawa Tengah. Para tunas muda sangat antusias serta bahagia mendapatkan kejutan kehadiran Wamen Fajar.
Bahasa daerah juga sudah tidak lagi banyak digunakan di lingkungan keluarga, karena orangtua berasal dari suku yang berbeda, sehingga menggunakan bahasa Indonesia.
“Hal ini juga menjadi peluang, dengan cara manfaatkan media sosial, kemas dalam bentuk menarik. Bicarakan isu anak muda dalam bahasa daerah. Itu bisa menjadi gerakan viral yang menyenangkan,” ungkapnya dilansir dari keterangan resmi, kemarin.
Acara ini juga menjadi panggung penghargaan bagi 28 pemenang FTBI Jawa Tengah Tahun 2025. Mereka tampil memukau, sekaligus didokumentasikan untuk kampanye nasional jelang dilaksanakannya Festival Tunas Bahasa Ibu Tingkat Nasional (FTBIN) di Jakarta pada akhir Mei 2025.
AJANG SOSIALISASI
Selain temu sapa dengan Wamen Fajar, kegiatan ini juga menjadi ajang sosialisasi bantuan pemerintah (Banpem) 2025 untuk komunitas literasi dan komunitas sastra. Kegiatan diikuti oleh perwakilan komunitas literasi dan sastra dari Kabupaten Semarang, Kota Salatiga, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Demak, Kabupaten Tegal, Kota Tegal, Kabupaten Brebes, dan Kabupaten Purbalingga. Hadir pula Dinas Pendidikan, DPRD Kabupaten Semarang, dan mitra strategis lainnya.
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Hafidz Muksin, menyampaikan bahwa sastra dan literasi adalah kekuatan penting dalam pembangunan karakter bangsa. Sastra membentuk nalar dan nilai serta karakter. “Bantuan pemerintah ini adalah bentuk dukungan dan kehadiran pemerintah terhadap partisipasi masyarakat dalam peningkatan literasi dan pengembangan sastra. Untuk itu, pengelolaannya harus efisien, efektif, dan tertib administrasi,” ujar Hafidz.
Koordinator FTBM Purbalingga, Parimim, menyambut baik program bantuan bagi komunitas literasi. “Kami berharap banpem tersebut dapat digunakan untuk penerbitan karya hasil dari program Menulis Desa.”
Sementara itu, Norman seorang pegiat literasi dari Salatiga menyoroti pentingnya mengenalkan anak-anak pada buku digital. “Anak-anak sudah akrab dengan gawai, tapi belum terbiasa mengakses buku digital. Sinergi antara komunitas, sekolah, dan orangtua sangat diperlukan untuk menggerakkan literasi digital,” harapnya. (H-1)