Tekstur kulit pada Edmontosaurus.(AMNH)
DI tengah ruang megah Hall of Ornithischian Dinosaurs di American Museum of Natural History (AMNH), New York, Amerika, pengunjung bisa melihat salah satu fosil paling menakjubkan di dunia, yaitu seekor Edmontosaurus annectens, dinosaurus berhidung bebek dari akhir Zaman Kapur. Fosil ini sering dijuluki “mumi dinosaurus”, bukan karena diawetkan seperti mumi Mesir, tetapi karena bagian kulitnya masih terlihat jelas hingga kini.
Biasanya, ketika seekor hewan mati, jaringan lunaknya membusuk jauh lebih cepat dibandingkan tulang. Namun pada kasus Edmontosaurus ini, tekstur kulit, sisik, bahkan pola permukaannya masih bisa diidentifikasi. Penemuan semacam ini memberi ilmuwan kesempatan langka untuk memahami seperti apa rupa dinosaurus ketika masih hidup, bukan sekadar menebak dari kerangkanya saja.
Penelitian yang dilakukan oleh tim ilmuwan dari AMNH dan beberapa universitas mitra mengindikasikan bahwa fosil Edmontosaurus ini mungkin menyimpan lebih dari sekadar jejak kulit.
“Ini memang inferensi, tetapi inferensi yang kuat, bahwa sebagian kecil dari kulit asli dinosaurus ini mungkin benar-benar terawetkan dalam bentuk fosil,” ujar salah seorang peneliti, dikutip dari laman AMNH.
Pernyataan itu merujuk pada analisis biokimia tahun 2009 terhadap spesimen serupa yang diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the Royal Society of London B. Analisis tersebut menemukan sisa-sisa molekul biologis yang mungkin merupakan bagian dari struktur kulit asli dinosaurus, bukan sekadar cetakan mineral yang meniru bentuknya.
Temuan ini diperkuat oleh penelitian lanjutan tahun 2015, yang dilakukan oleh tim ilmuwan yang sama. Studi tersebut mengungkap bahwa kulit hadrosaur, kelompok yang mencakup Edmontosaurus dan Corythosaurus, memiliki sifat kimiawi unik yang memungkinkan proses mumifikasi alami.
Kulit dinosaurus ini diketahui mengandung molekul pigmen yang, setelah kematian, terurai menjadi zat yang mampu membunuh mikroba penyebab pembusukan. Dengan kata lain, kulit dinosaurus itu secara alami menghambat proses dekomposisi, sehingga memiliki peluang lebih besar untuk terawetkan sebelum tubuhnya tertimbun sedimen dan berubah menjadi fosil.
Selain Edmontosaurus, Corythosaurus, dinosaurus sejenis yang juga dipamerkan di ruang fosil museum, menunjukkan jejak kulit yang luas di sepanjang tubuhnya. Para peneliti menduga bahwa fosil ini pun menyimpan lapisan kulit yang benar-benar membatu, bukan hanya impresi atau cetakan di batu.
Baik kulit yang terfosilkan maupun jejak teksturnya memberikan informasi penting bagi paleontolog, mulai dari pola sisik, ketebalan kulit, hingga kemungkinan warna tubuh dinosaurus. Hal-hal ini membantu ilmuwan merekonstruksi penampilan realistis dinosaurus dan membandingkannya dengan reptil modern seperti buaya atau kadal.
Sumber: American Museum of Natural History.


















































