
ANGKA kematian akibat Demam Berdarah Dengue (DBD) di Tulungagung pada awal 2025 disebut cukup tinggi jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dinas Kesehatan Tulungagung melaporkan hingga Februari 2025, sebanyak empat pasien anak meninggal dunia akibat DBD di Tulungagung.
Angka kematian akibat DBD ini dinilai cukup tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Dinas Kesehatan setempat telah melakukan penyelidikan epidemiologi dan tindakan pencegahan seperti fogging di sekolah maupun rumah pasien.
Kabid Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Dinas Kesehatan Tulungagung, Desi Lusiana Wardani, mengungkapkan bahwa total kasus DBD sejak Januari hingga pertengahan Februari 2025 mencapai 198 kasus.
Dari jumlah tersebut, empat pasien anak meninggal dunia. Mereka berasal dari tiga kecamatan, yakni Pakel, Sumbergempol, dan Kedungwaru. “Angka kematian ini dirasa cukup besar mengingat kita masih berada di awal tahun,” ujarnya, Jumat (21/02/2025).
Secara jumlah kasus, terjadi penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, angka kematian justru meningkat. Pada 2024 lalu, terdapat 17 kasus kematian akibat DBD. “Kalau melihat data di dua bulan pertama tahun 2025 sudah 4 kasus kematian ini ada potensi bertambah, ya kita berharap ini berhenti di sini,” tuturnya.
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dianggap lebih efektif untuk menekan angka kasus DBD. Oleh karena itu, Dinas Kesehatan Tulungagung menyosialisasikan PSN kepada masyarakat.
Berdasarkan pengalaman tahun lalu, dengan menyelenggarakan PSN secara rutin tiap hari Jumat. kasus DBD Tulungagung berkurang hingga 75 persen.
DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue. DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Infeksi DBD dapat menyebabkan kerusakan organ, seperti hati, jantung, dan paru-paru sehingga dapat mengakibatkan kematian. (H-2)