
PENELITI Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof Eddy Hermawan menyarankan pemerintah perlu siap menghadapi terjadinya solar maksimum yang bisa mempengaruh cuaca di Indonesia. Solar maksimum merupakan fase siklus 11 tahun aktivitas bintik (sunspot) pada matahari yang diperkirakan terjadi pada Juli ini.
"Diperkirakan Juli ini, posisi mataharinya panas dan pusat tekanan rendah di belahan bumi utara. Kalau di belahan bumi utara itu panas banget maka di belahan bumi selatan dingin banget. Karena dingin banget itu, maka saya menduga bahwa ini dari arah kutub selatan dibawa ke Australia, hingga sampai ke Indonesia," kata Eddy saat dihubungi, Senin (7/7).
Ia juga menyebut prediksi NASA pada bulan Juli 2025 akan banyak dinamika astronomi dikarenakan solar maksimum tersebut. Meski begitu, ia memprediksi fenomena alam tersebut tidak sampai menciptakan bencana hidrometeorologi dalam sepekan ke depan.
"Kalau hanya monsun, mestinya itu nggak ada istilah kemarau basah. Dugaan saya, itu tadi, karena di belahan bumi utara panas banget karena mataharinya. Itu menunjukkan solar maksimum yang jatuh pada bulan Juli," jelasnya.
Eddy mencontohkan, anggap solar maksimum terjadi di tengah bulan Juli artinya satu minggu ke depan kemungkinan kondisinya sama seperti saat ini.
"Prediksinya hujan tidak sampai lebat, ini bisa saja karena solar maksimum itu tadi. Awan-awan yang tidak besar berasal dari Australia," pungkasnya. (M-2)