
Yoane Wissa akhirnya mewujudkan mimpinya bergabung ke Liga Premier Inggris. Namun, perjalanan menuju puncak karier ini sempat diwarnai tragedi yang hampir menghancurkan hidupnya.
Pada Juli 2021, sebulan sebelum pindah dari Lorient ke Brentford, Wissa diserang di rumahnya. Wajahnya disiram cairan asam dalam insiden yang nyaris membuatnya kehilangan penglihatan dan karier. Seorang perempuan kemudian divonis bersalah atas serangan itu serta percobaan penculikan anaknya, dan dijatuhi hukuman 18 tahun penjara.
Meski trauma, Wissa tidak menyerah. Mantan pelatih Lorient, Christophe Pelissier, yang menjenguknya di rumah sakit, menyaksikan sendiri tekadnya. “Meski secara fisik dan mental terguncang, Yoane langsung menunjukkan keinginannya untuk bangkit,” katanya.
Dari Lorient ke Liga Champions
Keteguhan itu mengantarnya dari laga di divisi dua Prancis dengan penonton tak lebih dari 3.000 orang, hingga kini bersiap tampil melawan Barcelona di Liga Champions. Ia resmi hengkang ke Newcastle United dengan biaya transfer £55 juta, meninggalkan Brentford setelah empat musim.
Rekan lamanya, Pierre-Yves Hamel, tidak terkejut melihat perkembangan Wissa. “Setelah serangan itu, dia tidak pernah mengeluh. Dia hanya ingin terus maju. Kesuksesan hari ini adalah buah dari ketekunannya,” ujarnya.
Kontroversi dengan Brentford
Kepergian Wissa tidak lepas dari drama. Ia sempat menghapus semua kaitannya dengan Brentford di media sosial, bahkan menuding klub “menghalangi kepindahannya” meski sudah berjanji melepas. Langkah itu membuat sebagian pendukung kecewa, menganggap warisannya di klub “ternoda.”
Namun, dalam wawancara bersama media Newcastle, Wissa menegaskan ia tetap profesional. “Saya selalu berlatih, menjaga kebugaran, dan berada bersama tim setiap hari sambil menunggu momen yang tepat,” katanya.
Phil Giles, Direktur Sepak Bola Brentford, menyebut Wissa sebagai sosok yang “penuh energi positif” meski mengakui situasi kepindahannya meninggalkan kesan pahit.
Strategi Transfer Baru Newcastle
Pelatih Newcastle, Eddie Howe, memang mengincar pemain yang benar-benar berhasrat bergabung setelah beberapa target seperti Hugo Ekitike, Benjamin Sesko, dan Joao Pedro menolak. Wissa dianggap cocok, terutama dengan rekornya musim lalu sebagai pencetak 19 gol non-penalti – terbanyak di Premier League.
Kepindahan ini juga menandai pergeseran kebijakan transfer Newcastle. Sejak 2022, klub belum pernah membeli pemain outfield berusia di atas 25 tahun. Wissa, kini 29 tahun, dinilai bukan sekadar pemain veteran, melainkan “late bloomer” yang masih berkembang.
Ia akan mengenakan nomor punggung 9, berduet dengan rekrutan baru Nick Woltemade untuk mengisi kekosongan setelah kepergian Alexander Isak ke Liverpool.
Mantan rekan setimnya di Lorient, Julien Laporte, optimistis perjalanan Wissa belum berhenti di sini. “Saya bangga pernah bermain bersamanya. Kariernya luar biasa, dan menurut saya, ini belum berakhir,” ujarnya. (BBC/Z-2)