YKPI Gelar Pelatihan Tingkatkan Kapasitas Pendamping Pasien Kanker Payudara

1 month ago 27
YKPI Gelar Pelatihan Tingkatkan Kapasitas Pendamping Pasien Kanker Payudara Ilustrasi(Dok YKPI)

YAYASAN Kanker Payudara Indonesia (YKPI) bekerjasama dengan Rumah Sakit  Onkologi Surabaya dan Reach To Recovery Surabaya serta TUV Rheinland Indonesia menggelar pelatihan pendamping pasien kanker payudara bersertifikat TUV Rheinland Internasional bagi para tenaga kesehatan dan relawan.

Kegiatan ini diselenggarakan di Kantor IDI Surabaya pada 19- 20 September 2025 dengan 37 orang peserta yang terdiri dari aakes  8 orang, Psikolog 2 orang dan Relawan Komunitas 27 orang. Kegiatan pelatihan seperti ini telah dilaksanakan YKPI sebanyak enam angkatan dan tahun ini merupakan angkatan ke 7. Tercatat dari angkatan pertama sampai angkatan ke enam telah diikuti sebanyak 352 peserta yang telah lulus sertifikasi secara internasional dari TUV Rheinland Indonesia. 

Pelatihan  ini merupakan bagian dari upaya strategis YKPI untuk meningkatkan kapasitas para pendamping  dari kalangan tenaga kesehatan maupun relawan komunitas dan mempersiapkan SDM yang terlatih secara professional dalam mendampingi pasien kanker payudara. Yang terpenting dari pelatihan ini, memberikan sertifikat pelatihan berstandar internasional TUV Rheinland kepada para peserta, sebagai bentuk pengakuan atas kompetensi peserta secara global.

Ketua YKPI, Linda Agum Gumelar menyatakan  sejak didirikannya YKPI menitikberatkan kegiatannya pada program promotive-preventif serta edukasi mengenai skrining dan deteksi dini kanker payudara. 

"Apabila kanker payudara terdeteksi sedini  mungkin, maka penanganannya akan lebih mudah dan tingkat kesembuhannya semakin tinggi," ungkap Linda.

Ia mengingatkan kanker payudara masih menjadi ancaman serius bagi perempuan Indonesia dan dunia.  Berdasarkan data Globocan 2022, kanker payudara merupakan jenis kanker terbanyak di Indonesia dengan 66.271 kasus baru (30,1% dari total kasus kanker) dan angka kematian mencapai 16,2%.Sekitar 70% pasien datang pada stadium lanjut, menyebabkan angka kesintasan rendah dan biaya perawatan tinggi. Dan WHO/GBCI menargetkan 60% deteksi dini kanker pada stadium I-II, diagnosis dini dalam 60 hari, dan 80% pasien menerima pengobatan tuntas.

"Fakta ini menegaskan bahwa kita membutuhkan pendekatan yang lebih komprehensif, tidak hanya dalam aspek medis  juga dalam dukungan psikososial dan pendampingan pasien secara manusiawi dan berkesinambungan. Hal ini mengingat bahwa perjalanan seorang pasien kanker payudara bukanlah hal yang mudah.  Mereka tidak hanya berjuang melawan penyakitnya, tetapi juga menghadapi tantangan emosional, psikologis dan sosial yang berat," papar Linda.

Disinilah, lanjut nya, peran seorang pendamping menjadi sangat krusial.  Seorang pendamping yang terlatih dan berempati dapat menjadi mercusuar yang memberikan harapan, kekuatan dan bimbingan di tengah badai. Adapun peran pendamping pasien kanker payudara antara lain mendampingi pasien secara emosional; mengedukasi pasien dan keluarga; mendukung ketaatan pengobatan;  menjadi jembatan sosial dan komunitas; dan memberikan pendampingan pasca pengobatan.  "Dengan demikian kita dapat memberikan dukungan yang lebih baik kepada pasien dan keluarga mereka," pungkas Linda. 

Adapun materi yang  disampaikan dalam pelatihan antara lain,Pengetahuan Dasar Kanker Payudara, Diagnosa dan Terapi oleh dr. Abdul Rachman, Sp.B, Subsp, Onk (K), Emosi dan Strategi Coping dan Sensitifikasi Kultural serta Tehnik Konseling Pasien Kanker Payudara oleh Nelly Hursepuny, M.Psi, Psikolog, Membangun Hubungan dan Kemampuan Berkomunikasi oleh Rizqiani Putri, S.Sos, M.Med.Kom, serta Kesehatan Jantung pada Pasien Kanker Payudara oleh dr. Siti Elkana Nauli, Sp.JP.

Diharapkan dengan adanya pelatihan ini tidak hanya meningkatkan pengetahuan teknis terkait kanker payudara  juga membangun empati, komunikasi dan komitmen kemanusiaan dalam memberikan layanan pendampingan yang penuh kasih dan keberpihakan. 

Para peserta yang mengikuti kegiatan ini menunjukkan kepedulian yang mendalam dan semangat pengabdian yang tinggi.  Mereka merupakan garda terdepan, pahlawan tanpa tanda jasa, yang akan mendampingi para pasien dalam setiap langkah perjuangan mereka dan menyiapkan diri untuk menjadi pendamping yang profesional, beretika dan penuh kasih.(H-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |