
KAI Logistik meluncurkan inovasi terbaru berupa informasi carbon footprint atau jejak karbon yang kini tercantum di setiap invoice pelanggan. Melalui inovasi ini, pelanggan dapat mengetahui jumlah emisi karbon (CO2) yang dihasilkan dari aktivitas pengiriman barang melalui moda kereta api.
"Langkah ini menjadi wujud nyata tanggung jawab KAI Logistik dalam mendukung implementasi Green Logistics di Indonesia serta memperkuat peran BUMN dalam mendorong sistem transportasi yang efisien dan berwawasan lingkungan," jelas Direktur Pengembangan Usaha KAI Logistik, Riyatna, Rabu (22/10).
Menurut Riyatna, kehadiran fitur informasi jejak karbon merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk mendorong kesadaran lingkungan di setiap aktivitas bisnis. Transparansi merupakan langkah awal menuju perubahan yang lebih berkelanjutan.
Melalui fitur carbon footprint di invoice, perusahaan ingin mengajak pelanggan memahami dampak emisi dari setiap aktivitas pengiriman. Ini bukan sekadar data, melainkan cerminan tanggung jawab kami dalam mengelola bisnis yang berorientasi pada efisiensi energi dan keberlanjutan.
"Pemanfaatan moda kereta api (KA) sendiri menjadi kunci penting dalam strategi efisiensi karbon. Moda KA merupakan transportasi dengan emisi karbon yang jauh lebih rendah dibandingkan moda darat lainnya. Dengan demikian, setiap kiriman barang yang menggunakan moda KA berkontribusi langsung dalam mengurangi jejak emisi transportasi dan membantu upaya nasional dalam menekan dampak perubahan iklim," imbuhnya.
Riyatna mengatakan dengan memberikan informasi emisi secara terbuka kepada pelanggan, perseroan ingin menumbuhkan kesadaran bahwa setiap keputusan pengiriman dapat menjadi bagian dari upaya bersama memastikan keberlanjutan.
Komitmen penerapan green logistics tidak hanya sebatas pada pencantuman emisi pada invoice pelanggan, tetapi semakin diperkuat dengan perhitungan emisi GRK tier 3 dan pelaporan emisi GRK sesuai dengan kerangka ISO 14083 dan perusahaan menjadi pioneer dalam implementasi tersebut. Langkah ini menjadi inisiatif strategis yang selaras dengan visi jangka panjang khususnya dalam implementasi green logistics.
"Ini sejalan dengan meningkatnya kesadaran terhadap efisiensi energi dan keberlanjutan, minat pelaku industri untuk beralih ke moda KA juga terus meningkat. Pertumbuhan tersebut tercermin dari peningkatan signifikan pada layanan angkutan kereta kontainer," tuturnya.
Riyatna menambahkan sepanjang Triwulan II tahun ini, volume angkutan kontainer KAI Logistik tumbuh sebesar 14% dibandingkan Triwulan I sebelumnya. Tren positif ini berlanjut pada Triwulan III dengan pertumbuhan sebesar 6% dibandingkan kinerja Triwulan II, dengan total volume pengangkutan mencapai lebih dari 650 ribu ton, naik dari sekitar 610 ribu ton pada periode TW II sebelumnya. Hingga September 2025, perseroan telah mencatat total angkutan kontainer mencapai 1,8 juta ton, meningkat 7% dibandingkan capaian pada periode yang sama tahun lalu sebesar 1,68 juta ton.
"Capaian ini menjadi bukti bahwa penggunaan moda kereta api oleh sektor industri semakin meningkat, seiring dengan tumbuhnya kesadaran terhadap efisiensi biaya, ketepatan waktu, serta dampak lingkungan yang lebih rendah," bebernya.
Melalui langkah ini, Riyatna berharap dapat memperkuat kesadaran industri akan pentingnya transisi menuju moda transportasi yang lebih hijau, serta mendorong peralihan berkelanjutan ke moda kereta api yang lebih efisien dan rendah emisi. (E-2)