Perbedaan Influenza A, B, dan Common Cold.(Freepik)
CUACA yang berubah-ubah, dari panas terik di siang hari hingga hujan deras di sore menjelang malam, ternyata bukan hanya memengaruhi suasana hati. Kondisi ini juga bisa menjadi pemicu meningkatnya berbagai penyakit musiman, terutama gangguan saluran napas seperti influenza A, influenza B, dan common cold.
“Banyak orang tua belum memahami bahwa tidak semua batuk pilek itu flu,” jelas Dokter Spesialis Anak Mesty Ariotedjo dalam diskusi media yang digelar Halodoc, Selasa (4/11).
“Flu itu spesifik disebabkan oleh virus influenza. Sementara batuk pilek biasa, atau yang disebut common cold, bisa disebabkan oleh berbagai virus lain seperti rhinovirus, adenovirus, atau RSV," jelas dia.
Mesty menjelaskan, pergantian musim dan fluktuasi suhu yang ekstrem membuat virus lebih mudah bereplikasi. Selain itu, perubahan kelembapan udara juga memicu iritasi pada saluran napas.
“Udara yang berubah cepat membuat rongga hidung dan tenggorokan lebih mudah meradang. Itulah mengapa kasus batuk pilek meningkat saat pancaroba,” ujarnya.
Dalam praktiknya, gejala antara influenza dan common cold memang mirip, batuk, pilek, demam, hingga badan pegal. Namun influenza cenderung menimbulkan gejala yang lebih berat dan muncul mendadak, seperti demam tinggi, nyeri otot, dan kelelahan ekstrem. Bahkan pada kasus tertentu, virus influenza bisa menyebabkan komplikasi serius jika daya tahan tubuh sedang menurun.
“Kadang pasien bilang gejalanya sampai ke telinga, atau badannya sakit semua seperti kena malaria. Itu bisa jadi influenza, bukan pilek biasa,” tambahnya.
Meski membedakan ketiga penyakit ini secara pasti memerlukan tes laboratorium, Mesty menekankan bahwa prinsip penanganannya relatif sama: istirahat cukup, menjaga asupan gizi, dan mencegah penularan.
Salah satu langkah sederhana yang sering diabaikan orang tua adalah mencuci hidung dengan larutan garam steril.
“Cuci hidung itu efektif mengeluarkan partikel polusi dan virus dari saluran napas. Kalau dilakukan saat sakit, durasi gejala bisa lebih singkat 3–4 hari,” katanya.
Langkah berikutnya adalah memastikan anak tidur cukup lebih dari 10 jam per malam bagi usia di bawah tujuh tahun. Tidur yang cukup, kata dia, berpengaruh besar terhadap kekebalan tubuh dan kecerdasan anak.
Mesty juga mengingatkan pentingnya vaksinasi flu tahunan sejak usia enam bulan. “Vaksin flu direkomendasikan Ikatan Dokter Anak Indonesia, dan perlu diulang setiap tahun karena virus influenza terus bermutasi,” jelasnya.
Selain vaksin, ia menyoroti kekurangan vitamin D sebagai masalah umum masyarakat Indonesia. “Sekitar 80 persen orang Indonesia kekurangan vitamin D, padahal vitamin ini penting untuk daya tahan tubuh. Kalau kadar vitamin D rendah, penyembuhan saat batuk pilek jadi lebih lama,” ujarnya.
Menurut Mesty, orang tua harus lebih jeli memperhatikan tanda bahaya pada anak, seperti demam tinggi terus-menerus, napas cepat, atau anak tampak sangat lemas.
“Kalau sudah begitu, sebaiknya segera konsultasi ke dokter, termasuk lewat layanan telemedisin seperti Halodoc,” sarannya.
“Istirahat yang cukup, makan bergizi, tidur teratur, dan jangan memaksakan anak sekolah saat sakit. Dua hari istirahat bisa membuat pemulihan jauh lebih cepat," pungkas dia. (Z-10)


















































