Setelah dua hari blackout, layanan internet dan telekomunikasi di Afghanistan dipulihkan. (AFP)
RATUSAN warga Afghanistan turun ke jalan untuk merayakan pulihnya layanan internet dan telekomunikasi setelah sempat diputus pemerintah Taliban selama dua hari. Pemulihan ini disambut gembira masyarakat yang selama masa pemadaman mengalami lumpuhnya aktivitas sehari-hari.
Menurut laporan media lokal dan pemantau jaringan NetBlocks, koneksi internet menunjukkan tanda-tanda pemulihan sebagian. BBC Afghanistan mengutip sumber pemerintah yang menyebut perintah pemulihan datang langsung dari perdana menteri Taliban.
Pemadaman 48 jam itu telah mengganggu bisnis, membatasi layanan darurat, menghentikan penerbangan, hingga mengisolasi warga dari dunia luar. Dampaknya paling besar dirasakan perempuan dan anak perempuan, yang sejak Taliban kembali berkuasa pada 2021 sudah menghadapi berbagai pembatasan, termasuk larangan sekolah bagi anak perempuan di atas usia 12 tahun.
Euforia di Kabul
Suasana Kabul langsung berubah setelah jaringan kembali aktif. “Semua orang bahagia, memegang ponsel dan berbicara dengan kerabat mereka,” kata seorang warga. Laki-laki, perempuan, bahkan anggota Taliban tampak sibuk menggunakan telepon. “Kota jadi lebih ramai sekarang,” tambahnya.
Seorang kurir bernama Sohrab Ahmadi menggambarkan momen itu seperti perayaan besar. “Rasanya seperti Idul Adha, kami sangat senang dari lubuk hati,” ujarnya.
Bagi warga diaspora, pemulihan internet menjadi kesempatan melepas rindu. Mah, 24 tahun, yang kini menempuh pendidikan di Inggris, mengaku menangis saat akhirnya bisa berbicara dengan ibunya di Kabul. “Setidaknya saya bisa mendengar suaranya lagi,” katanya haru.
Alasan Pemutusan Masih Misterius
Pemerintah Taliban tidak memberikan penjelasan resmi atas alasan pemadaman. Namun bulan lalu, seorang juru bicara gubernur Taliban di Provinsi Balkh menyatakan akses internet diblokir “untuk mencegah perbuatan maksiat.”
Sejak kembali berkuasa, Taliban telah memberlakukan sejumlah aturan ketat sesuai interpretasi syariah mereka, termasuk melarang perempuan bekerja di banyak sektor, membatasi ruang gerak mereka, hingga menarik buku karya penulis perempuan dari universitas.
Dampak Selama Blackout
Selama pemadaman, suasana Kabul sempat lengang. Bank dan pusat perbelanjaan tutup, sementara pasar valuta asing lumpuh karena transfer internasional tidak bisa masuk. Bagi banyak keluarga, ini berarti kiriman uang dari kerabat di luar negeri terhenti total.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengecam pemadaman itu karena dinilai memperburuk krisis kemanusiaan di Afghanistan, salah satu yang terparah di dunia. PBB memperingatkan blackout berisiko mengancam stabilitas ekonomi sekaligus memperparah penderitaan rakyat.
Kini, meski koneksi kembali, ketidakpastian masih menyelimuti Afghanistan. “Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya,” kata Mah. “Karena di sana, tidak ada yang benar-benar terkendali.” (BBC/Z-2)


















































