PELAKSANAAN tes kompetensi akademik (TKA) hari pertama, Senin (3/11), di sejumlah daerah di Indonesia belangsung lancar. Hal itu diungkapkan Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamen Dikdasmen) Fajar Riza Ul Haq usai melakukan peninjauan pelaksanaan TKA di beberapa sekolah di Kota dan Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (3/11).
"Hari ini saya bersama teman-teman dari Kementerian meninjau pelaksanaan tes kompetensi akademik hari pertama gelombang 2," katanya di SMAN 1 Kota Bogor di Jalan Juanda.
Peninjauan dimulai pukul 10.30 WIB di SMAN 1 Kota Bogor pada sesi kedua. Titik itu merupakan titik ke-5 dari 6 titik yang akan ditinjau. Sebelumnya Wamen dan rombongan meninjau program revitalisasi satuan pendidikan di salah satu TK dan TKA di sekolah lain di Kota Bogor. Adapun titik keenam berlokasi di Cibinong, Kabupaten Bogor.
"Saya sudah mengunjungi beberapa ruang ujian dan menyapa adik-adik peserta TKA."
"Intinya, kami memberikan motivasi kepada mereka agar tidak terlalu khawatir dan panik menghadapi ujian ini. Prinsip dari TKA adalah semacam latihan bagi siswa, terutama mereka yang nanti akan melanjutkan ke perguruan tinggi. TKA ini tidak menentukan kelulusan," jelas Wamen.
Ia juga menerima cerita dan keluhan pada saat berbincang dengan beberapa siswa yang baru mengikuti sesi peetama. Mereka mengaku ada beberapa soal yang cukup sulit, dan beberapa siswa belajar sampai malam sebelumnya.
"Saya tekankan bahwa yang penting adalah kejujuran dan semangat gembira, sesuai tagline kita 'Jujur dan Gembira'," ungkap Fajar.
Pihaknya menyampaikan apresiasinya kepada pihak sekolah, terutama kepala sekolah dan jajarannya, yang telah mempersiapkan pelaksanaan TKA dengan baik.
"Saya juga menekankan agar kegiatan ini tidak menimbulkan kecemasan baru atau stres bagi siswa. Guru diharapkan memberikan motivasi bahwa ini hanyalah proses pelatihan," katanya.
Teknis pelaksanaan TKA, lanjutnya, berjalan lancar tanpa kendala berarti. Tidak ada gangguan listrik atau koneksi internet. Pihak sekolah bahkan sudah melakukan pendampingan kepada seluruh siswa sejak dua sampai tiga bulan sebelumnya, setiap hari Selasa, sehingga siswa lebih siap secara akademik maupun psikologis.
"Kami tadi dapat laporan mungkin dari daerah lain Indonesia Timur sudah selesai. Ternyata kecenderungan mereka di sana bisa lebih cepat. Jadi secara teknis tidak ada kendala, artinya berjalan lancar. Kekhawatiran listrik turun turun, koneksi down tidak terjadi," ungkapnya.
Pihaknya juga menerima masukan soal jenis soal TKA. Ada yang menilai beberapa soal cenderung hafalan, bukan higher order thinking skills (HOTS). "Setelah kami cek, soal resmi dari Kementerian yang diunggah di situs resmi memang berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi. Jadi kalau ada soal hafalan, kemungkinan besar itu berasal dari penerbit lain, bukan dari kami".
"Sesuai pesan Pak Menteri, TKA ini bukan soal lulus atau tidak, tapi bagaimana anak-anak belajar berpikir kritis dan siap ke jenjang lebih tinggi," sambungnya.
Secara nasional, jumlah peserta TKA mencapai sekitar 3,5 juta siswa dari SMA, SMK, dan Madrasah Aliyah, dari total sekitar 4,1 juta siswa tingkat menengah atas.
Jadi, sekitar dua pertiga siswa mengikuti TKA, sementara sisanya tidak karena sifatnya sukarela. Wamen kembali menegaskan hasil TKA nantinya bukan sertifikat kelulusan, melainkan bukti keikutsertaan yang dapat digunakan siswa untuk berbagai kebutuhan akademik.
Adapun manfaat utama TKA adalah sebagai alat ukur kemampuan individu siswa.
"Selama ini, kita hanya memiliki peta mutu pendidikan berbasis sekolah atau wilayah. Dengan TKA, kita memiliki peta mutu berbasis individu, sesuatu yang hilang sejak dihapuskannya Ujian Nasional. Jadi, TKA bukan kewajiban, melainkan memiliki nilai manfaat yang besar bagi siswa dan sekolah," ucapnya.
Sejumlah siswa mengakui cukup kesulitan karena soal-soalnya mengarah pada kemampuan analisa. Seperti diakui Anisa dan Rena, siswa kelas 12 .
"Lumayan sulit, Pak. Tapi saya kerjakan saja," kata Rena saat ditanya langsung oleh Wamen.
Lain lagi bagi Dhimas Hanindya. Dirinya mengaku sangat tertantang dengan TKA. Bahkan menurutnya TKA sebagai cara evaluasi kemampuan dirinya.
“Bagi saya, mengikuti TKA ini jadi ajang evaluasi diri. Saya jadi tahu bahwa masih banyak hal yang harus dipelajari, terutama soal manajemen waktu, baik saat belajar maupun ketika mengerjakan soal," tuturnya.
Dia berharap usahanya belajar berbuah hasil yang bagus, karena indikator penilaiannya ada kategori istimewa, baik, dan memadai.
"Semoga hasilnya bagus semuanya. Soal-soalnya cukup menantang karena bersifat analisis, tidak hanya hafalan. Tapi tetap ada kesesuaian dengan kisi-kisi yang kami pelajari di sekolah dan di situs resmi," katanya.
Untuk TKA ini, dia pun mengaku telah mempersiapkan diri dengan maksimal.
"Saya juga mengikuti bimbingan belajar di EduLab Bogor. Bimbel itu membantu banget karena membuat saya terbiasa dengan tipe-tipe soal TKA," kata Dhimas yang ingin melanjutkan kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB), jurusan Teknik Sipil.
"Saya suka menggambar dan tertarik dengan dunia konstruksi bangunan. Jadi, semoga hasil TKA ini bisa jadi bekal menuju cita-cita itu," pungkasnya.(DD/E-4)


















































