Konferensi pers tentang pelaksanaan KMI 2025(MI/Fathurrozak)
KONFERENSI Musik Indonesia (KMI) akan kembali hadir tahun ini, pada 8–10 Oktober di hotel Sultan, Jakarta. Ini menjadi edisi ketiga Konferensi Musik Indonesia sejak digagas pertama kali pada 2018 oleh Glenn Fredly, yang saat itu berlangsung di Ambon, Maluku.
Edisi kedua KMI kemudian berlanjut pada 2019 di Bandung. Pada tahun ini, KMI kembali hadir, dan ditujukan untuk meneruskan semangat Glenn Fredly untuk menumbuhkan ekosistem musik Indonesia.
KMI 2025 akan menghadirkan lebih dari 300 peserta yang terdiri dari musisi lintas genre, pengelola festival, label, pekerja panggung, regulator, Lembaga Manajemen Kolektif, asosiasi profesi, dan pelaku pasar musik digital. Beberapa yang akan menjadi fokus topik pembahasan di antaranya adalah kolaborasi lintas pemangku kepentingan, tata kelola industri musik, teknologi, hak cipta, pendidikan, diplomasi budaya, dan pengembangan ekosistem yang inklusif.
“Kini, pada tahun 2025, Konferensi Musik Indonesia hadir kembali dengan tema besar Satu Nada Dasar. Tema ini bukan sekadar simbol, tetapi komitmen bersama untuk memperkuat fondasi industri musik, menyatukan kepentingan pelaku, serta meletakkan arah jangka panjang menuju ekosistem musik yang berkeadilan, berdaya saing, dan berdaulat secara budaya,” kata wakil menteri kebudayaan Giring Ganesha saat taklimat media di Plataran Hutan Kota, Senayan, Jakarta, Rabu (24/9).
KMI 2025 juga akan dilanjutkan dengan agenda Jakata Music Con dan Pasar Musik yang berlangsung pada 11–12 Oktober di Senayan Park, Jakarta. Di acara ini juga akan ada beberapa rangkaian acara mulai dari gelar wicara, pasar musik, dan pertunjukan.
“Beberapa yang akan dibahas di antaranya adalah perkembangan bisnis model industri musik, potensi bisnis merchandise, serta branding dari musisi,” kata Kukuh Rizal dari Jakarta Music Con.(M-2)


















































