Ilustrasi(Freepik.com)
Frasa wama muhammadun illa rasul berasal dari Alquran, tepatnya Surah Ali Imran ayat 144. Ayat ini mengingatkan umat Islam tentang peran Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah. Artikel ini akan menjelaskan teks Arab, Latin, terjemahan, serta makna ayat ini dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami.
Teks Arab, Latin, dan Terjemahan QS Ali Imran Ayat 144
Berikut adalah teks lengkap dari ayat tersebut:
Teks Arab
وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ ۚ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَىٰ أَعْقَابِكُمْ ۚ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا ۗ وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ
Teks Latin
Wa mā muḥammadun illā rasūlun qad khalat min qablihi al-rusulu, a-fa'in māta aw qutila anqalabtum ‘alā a‘qābikum, wa man yanqalib ‘alā ‘aqibayhi falan yaḍurrallāha syai’an, wa sayajzillāhu asy-syākirīn.
Terjemahan
"Muhammad hanyalah seorang rasul; sebelumnya telah berlalu beberapa rasul. Apakah jika dia wafat atau terbunuh, kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa berbalik ke belakang, maka ia tidak akan merugikan Allah sedikit pun. Dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur."
Makna Wama Muhammadun Illa Rasul
Frasa wama muhammadun illa rasul menegaskan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah, bukan Tuhan atau makhluk ilahi. Ayat ini turun saat Perang Uhud, ketika muncul kabar bahwa Nabi SAW wafat, sehingga sebagian sahabat panik dan kehilangan semangat. Allah menegaskan bahwa keimanan harus tetap kuat meskipun Nabi wafat, karena risalah Islam bukan bergantung pada pribadi Nabi, melainkan pada ajaran Allah.
Ayat ini mengajarkan beberapa hal penting:
- Keimanan kepada Allah: Umat Islam harus tetap beriman kepada Allah meskipun Nabi telah tiada.
- Keteguhan hati: Jangan goyah dalam menghadapi ujian, seperti kematian atau kesulitan.
- Peran Nabi: Nabi Muhammad SAW adalah utusan yang menyampaikan wahyu Allah, dan tugasnya telah sempurna.
Konteks Turunnya Ayat (Asbabun Nuzul)
Menurut beberapa riwayat, ayat ini turun setelah Perang Uhud. Saat itu, musuh menyebarkan kabar bahwa Nabi Muhammad SAW telah wafat, yang membuat sebagian sahabat bingung dan putus asa. Allah menurunkan ayat ini untuk menegaskan bahwa kematian seorang rasul adalah hal wajar, seperti yang dialami rasul-rasul sebelumnya, dan umat harus tetap teguh pada ajaran Islam.
Referensi Hadits Shahih
Meskipun ayat ini tidak secara langsung terkait hadits tertentu, pesan tentang keteguhan iman tercermin dalam hadits berikut:
Teks Arab Hadits:
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ أَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ، وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ كَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ
Teks Latin:
‘An ‘Ā’isyah qālat: Qāla rasūlullāhi shallallāhu ‘alaihi wa sallam: Man aḥabba liqā’allāhi aḥabba Allāhu liqā’ahu, wa man kariha liqā’allāhi kariha Allāhu liqā’ahu.
Terjemahan:
Dari Aisyah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang senang bertemu dengan Allah, maka Allah senang bertemu dengannya. Dan barang siapa yang benci bertemu dengan Allah, maka Allah benci bertemu dengannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini mengingatkan bahwa kematian adalah bagian dari kehidupan, dan seorang Muslim harus selalu siap menghadap Allah dengan iman yang kuat, sejalan dengan pesan QS Ali Imran ayat 144.
Kesimpulan
Frasa wama muhammadun illa rasul dari QS Ali Imran ayat 144 mengajarkan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah yang membawa risalah Islam. Ayat ini mengingatkan umat Islam untuk tetap teguh beriman kepada Allah meskipun menghadapi ujian berat, seperti kematian Nabi. Dengan memahami makna ayat ini, kita dapat memperkuat keimanan dan keteguhan hati dalam menjalani kehidupan sebagai Muslim.


















































