Seminar UKI bertema Bersinergi Wujudkan Digitalisasi Administrasi Pajak.(Dok. MI)
PROGRAM Studi Manajemen Pajak Fakultas Vokasi Universitas Kristen Indonesia (UKI) bekerja sama dengan Tax Center UKI dan Hive Five menyelenggarakan seminar bertema "Bersinergi Wujudkan Digitalisasi Administrasi Pajak" mengacu pada regulasi PER-11/PJ/2025.
Acara ini dibuka secara resmi oleh Dekan Fakultas Vokasi UKI, Maksimus Bisa Lado Purab, dengan menghadirkan narasumber dari Kanwil Pajak serta praktisi di bidang perpajakan.
Dalam sambutannya, Dekan Fakultas Vokasi UKI menyampaikan pentingnya pemahaman mahasiswa terhadap transformasi digital di sektor perpajakan, terutama dengan hadirnya sistem Cortex yang akan berlaku secara nasional.
Menurutnya, mahasiswa bukan hanya sebagai pembelajar, tetapi juga agen informasi yang berperan mengkampanyekan literasi pajak di tengah masyarakat.
"Mahasiswa harus menjadi informan dan turut mengkampanyekan hal ini kepada masyarakat luas. Selama tiga tahun terakhir mahasiswa kami juga sudah aktif terlibat sebagai relawan pajak, bahkan mendampingi masyarakat secara langsung dalam pelaporan," kata Maksimus, Kamis (2/10).
Maksimus mengaku terus belajar di dunia bisnis dan perpajakan. Ia menegaskan, komitmen Fakultas Vokasi UKI adalah membentuk lulusan yang taat pajak sekaligus berkompetensi tinggi.
"Saya pun belajar bagaimana menghitung dan melaporkan pajak sendiri bersama mahasiswa di laboratorium pajak. Setiap tahun kami berlatih bersama, dan hal itu membentuk budaya taat pajak," jelasnya.
Ia menambahkan, langkah ini merupakan bagian dari visi Fakultas Vokasi UKI untuk memastikan seluruh program studi vokasi berada pada jenjang minimal level 6 (Sarjana Terapan). Dengan begitu, lulusan tidak hanya siap bersaing di dunia kerja, tetapi juga berpeluang besar menjadi praktisi maupun konsultan pajak yang profesional.
Reformasi Menyeluruh
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Kantor Wilayah DJP Jakarta Timur, Ahmad Djamhari memaparkan perkembangan digitalisasi administrasi perpajakan yang saat ini terwujud melalui sistem Cortex.
Menurutnya, digitalisasi bukan sekadar memindahkan pelaporan dari kertas ke komputer, melainkan bagian dari reformasi menyeluruh.
"Dulu pelaporan SPT dilakukan dengan formulir kertas yang dibagikan dan dikembalikan ke kantor pajak. Sekarang, wajib pajak cukup membuka akun di Cortex, mengisi SPT sesuai kebutuhan, bahkan bisa melakukannya dari rumah, kafe, atau sambil bepergian. Ini lompatan besar yang memudahkan wajib pajak," kata Djamhari.
Ia juga menegaskan, digitalisasi memangkas pekerjaan manual yang dulu memakan banyak waktu, sekaligus mengurangi risiko kesalahan input.
"Bayangkan dulu petugas pajak harus memeriksa apakah angka itu 0 atau 8, 5 atau 6. Sekarang, data langsung masuk dari komputer wajib pajak ke sistem kami. Lebih cepat, transparan, dan efisien,” jelasnya.
Peran Generasi Muda
Djamhari juga menekankan peran penting generasi muda dalam menjaga integritas perpajakan.
"Adik-adik semua adalah calon wajib pajak, bahkan calon pegawai pajak atau konsultan pajak. Mari kita jaga marwah pajak, jangan sampai ternoda. Pajak itu bukan warisan kolonial, tapi iuran bersama untuk membiayai negara. Lebih dari 73% APBN kita berasal dari pajak," tegasnya.
Ia menambahkan bahwa sistem digitalisasi ini akan terus disempurnakan. Meski pada awalnya membutuhkan adaptasi, ia optimistis wajib pajak akan terbiasa dan menikmati kemudahan yang ditawarkan.
"Awal-awalnya mungkin sulit, tetapi ketika sudah terbiasa dengan Cortex, saya yakin tidak ada yang mau kembali ke cara lama. Karena itu mari bersama-sama sukseskan reformasi perpajakan digital ini," ujarnya.
Lebih lanjut, Djamhari pun berharap, seminar ini dapat menjadi momentum untuk memperkuat kolaborasi antara dunia pendidikan, praktisi, dan otoritas pajak dalam mewujudkan sistem administrasi perpajakan yang lebih modern.
"Mudah-mudahan kegiatan hari ini bermanfaat bagi kita semua dan tolong kalau sudah dipahami tentang digitalisasi pajak ini sampaikan ke lingkungan sekitar, mudah-mudahan manfaatnya bisa dirasakan di keluarga, teman, dan semua pihak yang ada di lingkungan kita masing-masing," tuturnya. (H-3)


















































