Presiden Nicolás Maduro mengklaim Venezuela berhasil menggagalkan upaya pengeboman di Kedutaan AS di Caracas. (Instagram)
PRESIDEN Venezuela, Nicolás Maduro, mengklaim pemerintahnya berhasil menggagalkan upaya pengeboman di Kedutaan Besar Amerika Serikat di Caracas yang diduga dilakukan kelompok teroris lokal. Ia menyebut aksi tersebut sebagai “operasi bendera palsu” (false flag) yang bertujuan memperburuk ketegangan antara Venezuela dan Washington terkait tuduhan perdagangan narkotika.
Dalam program televisinya pada Senin (6/10) malam, Maduro mengungkapkan dua sumber yang tidak disebutkan namanya telah memberikan informasi tentang kemungkinan kelompok teroris menanam bahan peledak di kompleks kedutaan AS. “Mereka berniat memperkeruh hubungan antara kedua negara,” ujar Maduro.
Sebelumnya, Jorge Rodríguez, kepala delegasi Venezuela dalam dialog dengan Amerika Serikat, juga memperingatkan adanya ancaman serius dari kelompok ekstremis yang berusaha menanam bahan peledak di area diplomatik tersebut. “Kami telah memperketat pengamanan di sekitar misi diplomatik itu,” kata Rodríguez.
Meski hubungan diplomatik antara Caracas dan Washington telah terputus sejak 2019, Maduro menegaskan kedutaan AS tetap mendapatkan perlindungan dari pemerintah Venezuela. “Kami menjaga keamanan mereka, meski banyak perbedaan yang kami miliki,” ujarnya.
Perang Melawan Narkoba
Ketegangan antara kedua negara telah meningkat sejak pemerintahan Donald Trump menjadikan Venezuela sebagai salah satu fokus dalam perang melawan narkoba. Amerika Serikat menuduh Caracas sebagai jalur transit perdagangan narkotika, meskipun sebagian besar pasokan narkoba yang masuk ke AS berasal dari atau melalui Meksiko.
Sebagai respons terhadap tekanan Washington, pemerintah Venezuela menggelar ribuan pasukan di perbatasan darat dan laut, serta memperkuat barisan milisi sipil untuk menghadapi potensi ancaman asing. Maduro menuduh tindakan Amerika Serikat sebagai upaya untuk menggulingkan rezimnya.
Tidak Akui Kemenangan Maduro
Amerika Serikat hingga kini tidak mengakui kemenangan Maduro dalam pemilihan presiden 2024, yang disebut oposisi sebagai hasil curang. Sebaliknya, Washington mendukung Eduardo González Urrutia, kandidat oposisi yang didukung oleh María Corina Machado.
Machado, yang sempat menjadi figur utama oposisi, dikabarkan bersembunyi di Kedutaan Besar AS, meski kabar tersebut belum dikonfirmasi. González Urrutia kini hidup dalam pengasingan di Spanyol setelah mengklaim kemenangan dalam pemilu tahun lalu. Dalam pernyataan terbarunya, ia bersama Machado mendukung tekanan militer AS terhadap rezim Maduro, yang mereka sebut sebagai langkah menuju pemulihan demokrasi di Venezuela. (AFP/Z-2)


















































