UPI Dorong Pemberdayaan Perempuan Desa Lewat Bootcamp Literasi Digital

1 month ago 11
UPI Dorong Pemberdayaan Perempuan Desa Lewat Bootcamp Literasi Digital Para perempuan pelaku usaha di desa mendapat pembinaan dari tim UPI untuk meningkatkan pemasaran produknya di era digital.(MI/NAVIANDRI)

PROGRAM Pengabdian kepada Masyarakat yang didanai Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) 2025, berhasil menghadirkan dampak signifikan bagi pemberdayaan perempuan di Desa Sukamanah, Kecamatan Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.

Program itu digulirkan dengan dukungan Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan.

Bertajuk From Local Products to Digital Readiness: Women Empowerment Bootcamp in Sukamanah Village ini, program dilaksanakan oleh tim dosen dan mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Mereka terdiri dari Prof B Lena Nuryanti, Dita Amanah, Girang Razati,  Daffa Adipramana dan Emir Bachtiar dari Program Studi (Prodi)  Pendidikan Bisnis.

Di era digital, perempuan desa dan UMKM masih menghadapi keterbatasan literasi digital yang menghambat pemasaran produk lokal. Padahal, mereka memiliki peran penting dalam perekonomian desa.

“Pemberdayaan perempuan desa melalui literasi digital adalah strategi penting untuk menciptakan ekonomi berkelanjutan. Dengan keterampilan digital, produk lokal bisa naik kelas,” ungkap Pof B Lena Nuryanti.

Bootcamp diikuti oleh 25 perempuan berusia 24–48 tahun, mayoritas ibu rumah tangga dengan usaha lokal khas Sukamanah seperti sambal kemasan,  yang kini memiliki label profesional, informasi nutrisi dan foto produk berkualitas untuk katalog digital.

Produk lain ialah telur asin, yang semula dijual polos, kini hadir dengan branding dan kemasan modern, sehingga siap masuk e-commerce. Sementara molring, camilan singkong khas, yang mendapat sentuhan desain baru, logo, dan promosi aktif melalui Instagram.


Percaya diri

Seorang peserta mengaku lebih percaya diri setelah produknya dipoles ulang. “Dulu hanya jual ke tetangga, sekarang saya berani pasarkan sambal saya lewat Instagram dengan kemasan baru,” ungkapnya.

Selain praktik pemasaran digital, peserta dilatih menggunakan aplikasi Canva untuk desain promosi. Mereka belajar strategi branding, mengatur WhatsApp Business, serta memahami target konsumen.

Menurut Girang Razati, peningkatan bukan hanya soal keterampilan, tetapi juga cara pandang. “Mereka kini berani menyebut diri sebagai pelaku usaha dengan daya saing."

Girang menambahkan, hasil penelitian juga menunjukkan adanya transformasi ekonomi dan sosial. Dari sisi ekonomi, perempuan desa kini mampu menjangkau pasar lebih luas. Dari sisi sosial, kolaborasi lintas generasi tercipta perempuan muda menguasai promosi digital, sedangkan generasi lebih tua menjaga kualitas dan resep produk.

Tim peneliti menilai, bootcamp singkat ini efektif mengubah pola pikir sekaligus memperkuat kapasitas wirausaha perempuan desa.

"Model ini perlu direplikasi di desa-desa lain agar semakin banyak perempuan desa mampu berdaya di era digital,” sambungnya.

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |